Rasyana membaringkan tubuhnya gusar. Anan yang tiba-tiba saja membuang bunga kesukaannya itu membuatnya kesal.
Tangannya tergerak untuk mengusap keningnya yang gatal. Sebenarnya ia penasaran dengan siapa pengirim bunga itu. Apa benar Lingga? Teman masa SMPnya?
Ah, Rasyana berbodo amat lah tentang itu. Sekarang pikirannya malah tertuju pada Hanin. Perempuan itu lagi.
"Kita tetanggaan Nan." Ucap Hanin sambil tersenyum simpul.
Anan dan Rasyana mengangguk kaku, lantas mempersilakan Hanin untuk masuk ke rumah mereka.
"Silakan duduk Nin." Ucap Anan sedangkan Rasyana hanya tersenyum canggung.
"Kamu temani Hanin disini ya, mas kebelakang dulu, ambil jamuan."
"Eh, gak usah repot-repot Nan, aku cuma sebentar kok."
"Gak apa-apa Nin, buat teman ngobrol." Balas Anan lantas menuju dapur.
Anan sengaja untuk mendahului niat Rasyana yang tadinya akan menuju dapur. Ia tak mau ditinggal Rasyana berduaan dengan Hanin. Selain karena merasa canggung ia juga tak mau membuat Rasyana berpikir aneh-aneh, lebih baik dia yang kebelakang.
"Gimana kabar kamu Sya?" Tanya Hanin membuka percakapannya pada Rasyana.
"Alhamdulillah, baik." Jawab Rasyana diakhiri senyum manis.
Hanin mengangguk dan tersenyum, jika boleh jujur, sebenarnya Hanin juga tak menyangka jika Raindra---suaminya itu memilih rumah tinggal tepat disamping rumah Anan dan Rasyana. Niat awalnya hanyalah bersilaturrahmi dan membawa sedikit buah tangan pada tetangga sekitarnya. Awalnya ia berniat untuk pergi berdua dengan Raindra, namun mengingat suaminya itu tengah mengadakan meeting dadakan di luar jam kerja, maka dari itu ia harus sendiri untuk mengunjungi para tetangga barunya.
"Usia kandunganmu berapa bulan Nin?" Tanya Rasyana gugup.
Hanin tersenyum tipis."Jalan empat bulan, Sya." Jawabnya.
Hanin tahu jika Raindra masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Anan. Ah, andai saja Alifandra jadi menikahi Rasyana, mungkin ia yang akan bersanding dengan Anan, dan andai saja malam itu tak terjadi, mungkin Raindra hanya sebagai tamu yang hanya singgah. Tapi nyatanya semua telah terjadi, Hanin tak bisa mengelak takdir Tuhan tentang pernikahannya dengan Raindra, walau sebenarnya ia enggan.
"Bang Rain belum pulang Nin?" Tanya Anan saat sampai di depan keduanya dengan nampan berisi beberapa kue kering dan tiga gelas teh hangat.
Hanin mengangguk lantas melamun sejenak, ia bertanya-tanya mengapa Anan nampak biasa saja di depan dirinya, secepat itu kah ia melupakan rasa cintanya padanya? Sedangkan Hanin, dirinya masih berperang membuka hatinya untuk Raindra yang menjabat sebagai ayah dari anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bersamamu (SELESAI)
Ficción Generalcerita ini hanya ada di wattpad! BLURB Ketika Rasyana Saraswati Putri Prasetya mengaharapkan Alifandra Malik Ibrahim yang menjemputnya. Seseorang yang mengucapkan janji sucinya atas dasar pernikahan seketika sirna, setelah melihat keberadaan adik ip...