Merajuk Berujung Salah Paham

2.8K 230 0
                                    

Gema musik mulai mengalun memenuhi lapangan yang sering dijadikan tempat untuk bermain sepak bola pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gema musik mulai mengalun memenuhi lapangan yang sering dijadikan tempat untuk bermain sepak bola pagi ini. Dari kalangan anak sekolah dasar hingga para paruh baya berkumpul untuk melaksanakan senam pagi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan karena termasuk ke dalam salah satu agenda masyarakat setempat yang dilaksanakan dalam dua pekan sekali.

Rasyana mulai beradaptasi dengan lingkungan rumah suaminya itu.

Mulai nol, adalah kata yang pas untuk mereka. Pasangan muda itu akan menetap di rumah minimalisnya untuk selamanya setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya masing-masing. Awalnya, Anan memang sering diberi tawaran agar tinggal di unit apartemen milik Alifandra. Namun Anan menolaknya dengan alasan ia sudah nyaman berada di rumah orang tuanya waktu itu. Padahal alasan pastinya agar Rasyana tidak lagi memikirkan kakaknya itu. Ah, mungkin lebih tepatnya ia cemburu atau mungkin tidak ingin membuat Rasyana kembali mengingat mimpinya. Toh Rasyana pernah mengatakan jika di sini lebih nyaman daripada harus tinggal bersama orang tua terus menerus.

Kegiatan senam pagi hanya berjalan sekitar tiga puluh menit, maka selama itu pula Rasyana dan Anandra terpisah setelah aksi diam-diaman yang Rasyana mulai setelah mengetahui jika suaminya itu sempat keluar rumah tanpa sepengetahuannya. Hanya Rasyana dan Anan yang tahu jika aksi saling mendiamkan itu telah berjalan selama satu minggu lebih.

Anan selalu menasehati jika mendiamkan suami selama itu akan mendapat dosa. Ah, Rasyana tidak peduli untuk kali ini, baginya Anan memang menyebalkan.

Kesal sekali, niatnya ingin membangunkan suaminya untuk melaksanakan salat tahajud disepertiga malam terakhir harus gagal setelah tak mendapati Anan tidur di sampingnya.

"Dek."

"Ra ...."

"Rasyana ...." Argh! Bisa-bisanya Rasyana tetap mendiamkannya bahkan hingga mereka kembali masuk ke dalam indekos.

"Rasyana Saraswati Putri Prasetya, mas manggil kamu lo dari tadi." Ucap Anan memelas membuat Rasyana memutar bola matanya malas.

Sayangnya Rasyana masih betah untuk mendiamkan suaminya itu. Ia kesal mendapati Anan seperti ini. Dulu saat kedua orang tuanya membujuknya agar menerima Anan selalu saja mereka mengatakan jika Anan itu pemuda yang baik dan bertanggung jawab, bisa dipegang omongannya. Bullshits! Umpatnya.

Ia juga tak mempercayai jika Anan benar-benar lulusan terbaik dari salah satu pesantren jika ia saja bersikap seperti ini.

"Apasih mas, minggir deh, aku mau mandi!" Ketusnya.

Anan malah mengahalangi pintu kamar mandi dengan tangan telentang.

"Sayang ...." panggilnya lagi.

Rasyana yang mendengar Anan memanggilnya dengan kata 'sayang seketika merasakan gelayar aneh pada tubuhnya.

Rasyana terdiam.

"Seharusnya tuh kamu bilang kalau mau keluar tengah malam gitu, mas!" Kesalnya.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang