Emosi Hamas

3.2K 249 0
                                    

Senja mulai tenggelam, angin mulai berhembus kencang di pinggiran danau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja mulai tenggelam, angin mulai berhembus kencang di pinggiran danau. Hamas nampak melepas penat dengan dua temannya di sana.

"Capek ya, kerja."

"Namanya juga kerja, udah pasti capek lah, Ron."

"Bersykur Ron, kita udah punya kerjaan tetap, di luaran sana banyak yang belum kerja. Mau nyari kerja juga mereka susah."balas Hamas.

"Tuh dengerin si Hamas ngomong, bersyukur jangan ngeluh aja lo!" Peringat Tama.

"Iye-iye, gue bukannya kagak bersyukur, cuman capek doang sih." Ucap Rony.

"Sama aja, intinya mah ngeluh." Cibir Tama.

Ketiganya menikmati senja di akhir
Dari tempatnya duduk, ketiga pemuda itu dapat melihat sepasang kekasih mungkin di depan sana yang tengah mengobrol mesra.

"Tuh cewek kayak kenal deh Bim."

"Mana si? Di sini banyak cewek juga."

"Yang itu." Tunjuknya kearah sepasang kekasih itu.

Hamas mulai mengalihkan pandangannya menuju sepasang kekasih itu berada. Matanya menajam, tangannya mengepal kuat meredam emosi. Kedua sahabatnya yang menyadari gurat amarah pada Hamas lantas memegangi tangan serta pundaknya agar tidak mengamuk di sana yang akan berujung keributan.

"Tahan emosi lo, Bim."

"Gue gak suka lihat mereka!" Tegasnya. Sebenarnya, Hamas bukan hanya melihat sepasang kekasih di sana , melainkan ada orang lain yang baru saja muncul di tengah-tengah pasangan itu.

"Kita balik, redam emosi lo, istigfar." Peringat temannya itu.

Ketiganya lantas pergi meninggalkan danau setelah mengetahui siapa yang ada di depan sana.

Hamas telah sampai di depan rumah minimalisnya bersama dua sahabatnya itu. Tak berselang lama ponselnya bergetar, tertera nama 'bunda di sana.

"Nih." Ucap Hamas sambil menyodorkan kunci rumahnya pada Tama.

"Gue angkat telpon bunda dulu." Pamitnya pada kedua sahabatnya itu.

Hamas bergerak menuju salah satu kursi yang berada di halaman rumahnya.

"Assalamu'alaikum nda?"

"Wa'alaikumussalam, kamu cepat pulang ke rumah, jangan keluyuran!"

"Hamas di rumah pribadi kok, nda." Jawabanya.

"Cari Rasyana, kata besan adek sama iparmu itu belum pulang sampai sekarang."

Hamas melirik ke arah jam tangannya. Sial, kemana Anandra membawa adiknya itu pergi.

"Bunda tahu, memang gak seharusnya bunda sepanik ini, tapi terakhir Athifa bilang kalau mereka sempat cekcok waktu di kampus. Shafa juga bilang kalau mereka gak masuk kelas hari ini, ditambah lagi mereka berdua gak bisa dihubungi." Tambah Almaira.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang