11. Past or future

407 40 0
                                    

==========
Don’t Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

==========Don’t Plagiarism!!!!Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola, People!

Dipta tak pernah menyangka akan kembali bersinggungan dengan orang-orang yang pernah ada di masa lalunya. Anindita, sahabat dari seseorang yang pernah begitu berarti bagi Dipta. Orang itu pula yang menjadi alasan Dipta berubah menyebalkan, meski masalahnya tidak hanya karena kepergian perempuan itu tapi juga karena ketidakmampuan Dipta memperjuangkan. Tapi bagi Dipta segala hal tentang Ardilla Gantara sudah selesai baginya, sendu di wajahnya saat Anindita membicarakan tentang Dilla bukan karena Dipta masih mencintai wanita itu. Alasannya lebih kepada Dipta yang belum sempat memperjelas hubungan mereka sebelum wanita itu memutuskan pergi dan kabarnya yang Dipta sama sekali tak tahu.

Sebelum ini, mungkin Dipta masih mengingat Dilla sesekali tapi sejak seseorang memenuhi pikirannya, segala hal tentang Dilla hilang tak berbekas. Dipta sendiri tak paham kenapa Arissya yang menelponnya bertanya tentang keadaan seseorang membuat Dipta kalang kabut dan langsung mengemudikan mobilnya ke apartemen orang tersebut. Seseorang itu tidak lain adalah Indri, Dipta bersyukur ketika mendapati perempuan itu dalam keadaan baik-baik saja di apartemennya.

Mengingat kejadian beberapa hari lalu itu membuat Dipta kembali teringat ucapan terakhir Indri sebelum dirinya pamit dari apartemen perempuan itu. Kalimat itu terlalu magis, membuat senyum di wajah Dipta tak luntur sepanjang sisa hari bahkan sampai ia akhirnya memutuskan untuk terlelap.

Entah sejak kapan Dipta mulai menjilat ludahnya sendiri, perlahan ia menyadari jika Indri berhasil melewati satu pintu di sudut hatinya. Tinggal menunggu wanita itu mendobrak satu pintu lagi, maka Dipta akan sepenuhnya takluk pada Indri.

Dering ponsel mengalihkan Dipta, dan nama Indri muncul disana. Dengan senyum tersungging di wajahnya Dipta mengangkat panggilan Indri. Belum sempat Dipta bicara, suara panik Indri sudah menyapanya "Dipta, tolong aku!"

"Halo, Indri. Halo, kamu kenapa? Kamu dimana sekarang?" Dipta tak bisa menutupi kekhawatirannya.

"Aku...aku nabrak Dipta!"

Dipta bisa mendengar suara Indri yang bercampur dengan tangis "Oke, sekarang kamu tenang. Kirim alamatnya ke aku sekarang, aku nyusul kesana"

"Oke Dipta"

Mematikan panggilan Dipta segera meraih kunci mobil setelah memberitahu sekretarisnya untuk membatalkan semua janji pertemuannya hari ini.

Dipta mengemudikan mobil dengan cepat, kurang lebih 20 menit ia akhirnya sampai di alamat yang dikirimkan Indri. Disana sudah dibatasi garis polisi, Dipta dengan panik melangkah ke arah ambulance dan bernafas lega saat menemukan Indri disana.

"Dipta.."

"Dok, keadaan dia gimana? Gak ada yang parahkan?" Dipta menanyakan pada dokter yang baru selesai memeriksa Indri.

Yes, I Will. (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang