24. Marry me?

668 48 0
                                    

==========
Don’t Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

==========Don’t Plagiarism!!!!Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola, People!

Indri tergesa-gesa menarik koper, sepagi ini ia sudah harus bersiap-siap. Indri merutuki Arissya yang tiba-tiba meminta Indri menemui klien di Bali, pemberitahuan yang tiba-tiba itulah membuat Indri keteteran pagi-pagi begini.

"Indri ini sandwich nya, jangan lupa di makan"

Indri mengangguk sebelum mencium pipi Mamanya. Beruntung semalam Mamanya menginap, selagi Indri packing Mamanya menyiapkan makanan. Seperti pagi ini, Indri mungkin tak akan sarapan jika sang Mama tak menyiapkannya untuk Indri.

Mungkin semua orang berpikir Indri akan membenci Mamanya setelah kenyataan yang di ungkap hari itu. Tapi Indri berkaca pada masa lalu, melihat Mamanya bahagia hari ini sudah cukup bagi Indri. Ia tak ingin menjadi anak egois lagi yang hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri, Indri sudah cukup dewasa untuk memahami pilihan-pilihan orangtuanya.

"Ma, nitip apart yah jangan di jual"

Sang Mama hanya menggeleng "Mama mau jual, kamu nih ada-ada aja. Yakali Mama mau jual, kurang kerjaan"

Indri terkekeh melihat wajah cemberut Mamanya, sekali lagi ia mencium pipi sang Mama sebelum pamit, jangan sampai ia ketinggalan pesawat.

Indri bersenandung kecil saat mengemudikan mobilnya, karena ia hanya beberapa hari di Bali maka Indri memutuskan membawa mobil sendiri dan memarkirkannya di bandara. Berkendara hampir satu jam membawa Indri berhenti tepat di area parkir bandara. Setelah memarkirkan mobil, Indri bergegas menarik koper miliknya menuju area check in. Setelah menyelesaikan segala prosedur Indri menghembuskan nafas lelah saat akhirnya mendudukkan diri di seat pesawat.

Indri menatap keluar jendela, ia ingat betul terakhir kali ia ke Bali adalah waktu liburan bersama Dipta sekaligus ketika ia akhirnya di lamar pria itu. Lalu, ketika Indri kembali mengunjungi Bali sudah tak ada cincin melingkar di jarinya karena ia begitu bodoh mengembalikan cincin itu ke Dipta. Andai saja Indri tetap menyimpan cincin itu maka meski Dipta menghindari nya ia akan tetap mengaku sebagai tunangan pria itu. Tapi sekarang, mengaku pun hanya akan di tertawakan, cincin tunangan saja ia tak punya.

Pemberitahuan keberangkatan pesawat menghentikan lamunan Indri, setelah mengencangkan sabut keselamatan Indri memilih tidur berharap keretakan hubungannya dengan Dipta hanya mimpi buruk belaka.

*****

Indri mengedarkan pandangan ke sekeliling bandara Ngurah Rai, entah kenapa tiba-tiba perasaannya berubah sendu, Indri merindukan Dipta. Indri kembali menghembuskan nafas, mencoba menguatkan diri sebelum menarik koper keluar dari bandara mencari taksi yang akan membawanya ke hotel tempatnya menginap. Terjebak kemacetan Bali membuat Indri memilih memainkan ponselnya, berharap ada pesan terselip Dipta disana tapi mungkin mimpi Indri ketinggian karena yang ia dapati hanya pesan Ringga yang minta di bawakan oleh-oleh. Indri pun tak habis pikir, Bali amat sangat dekat, bahkan Ringga bisa langsung terbang ke sini jika pria itu menginginkan sesuatu dari Bali, mengapa harus menyusahkan dirinya.

Yes, I Will. (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang