15. Mama?

332 36 0
                                    

==========
Don’t Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

==========Don’t Plagiarism!!!!Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, People!

Tawa Indri tak berhenti sejak tadi, serial Netflix yang mereka nonton saat ini di apartemen Indri membuat Dipta tersenyum senang karena mendengar tawa renyah wanita dalam pelukannya ini. Dipta kerapkali merutuki dirinya, jika tahu bahwa bersama Indri membawa begitu banyak kebahagiaan untuknya sudah sejak pertama kali mereka bertemu Dipta memiliki Indri.

"Sayang..."

Dipta menatap lembut mata kekasihnya "Kenapa? Kamu mau aku ambilin minum lagi?"

Indri menggeleng "Laper... Tapi aku males masak. Pesan makanan yuk!"

"Astaga, aku masak aja yah? Bahan-bahannya ada dikulkas kan?"

Indri beranjak memperbaiki posisi duduknya "Aku bisa belanja ke bawah dulu kok, tapi kamu yang masak"

Dipta mengangguk dan setelahnya ia beranjak ke dapur dan Indri yang ke bawah untuk membeli bahan masakan.

Dipta mulai bergelut dengan peralatan dapur, meski bukan pemilik dari apartemen ini Dipta bisa bertaruh jika dia sudah menghafal di luar kepala seluk beluk apartemen kekasihnya. Sedang asyik menanak nasi suara bel apartemen mengalihkan Dipta, bel yang berbunyi bermakna jika seseorang yang ada di luar pintu bukan Indri karena jika itu Indri, ia akan langsung masuk seperti biasanya. Dipta memutuskan membuka pintu dan mendapati wanita paruh baya tersenyum padanya.

"Indri ada?"

Dipta balas tersenyum, mungkin wanita di depannya mengerti dengan kebingunan di wajah Dipta karena setelahnya wanita itu kembali mengatakan sesuatu "Saya Mamanya Indri"

Dipta kaget, segera ia meraih tangan wanita itu yang ternyata ibu Indri calon mertuanya "Oh maaf Tante, silahkan masuk. Indri lagi ke bawah sebentar" ucap Dipta sopan sambil mempersilahkan Mama Indri duduk.

"Maaf Tante, Indri gak bilang kalau Tante mau datang" Dipta merasa khawatir penilaian Mama Indri akan buruk padanya.

Mama Indri tersenyum lembut "Saya memang gak ngasih tahu Indri soal kedatangan saya nak"

"Yaudah aku telpon Indri dulu kalau gitu Tante" baru saja Dipta meraih ponselnya suara pintu terbuka dan bersamaan dengan itu suara Indri terdengar.

"Sayang-- Anda ngapain disini?!" Perubahan ekspresi Indri jelas bisa Dipta lihat saat mata kekasihnya menemukan keberadaan sang ibu.

"Ri.. kok gitu? Duduk dulu sini" Dipta berusaha meraih tangan Indri mencoba untuk menenangkan.

Indri melepas genggaman tangan Dipta, matanya menatap tajam ke arah wanita yang sekarang menatap sedih padanya "Aku pikir kita akan selamanya gak ketemu bahkan ketika aku mati, aku gak berharap anda datang ke pemakaman ku"

Yes, I Will. (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang