28🌷 Kesempatan

3.7K 521 100
                                    

Ini mimpi,atau kenyataan?.

🍁🍁🍁


Pertama kali yang ia lihat ketika membuka matanya adalah langit-langit rumah sakit dan Bunda.

"Sayang kamu denger Bunda?."

Sungguh badannya sakit semua apalagi kepalanya begitu sakit. Ia benar-benar tidak bisa menggerakkan badannya.

"Makasih bungsunya bunda udah bangun." Jisoo mengecup kening Junghwan.

Jisoo pun segera memanggil dokter.
"Sebentar ya sayang Bunda panggil dokter dulu."

"Alhamdulillah ini sebuah keajaiban. Kondisinya sudah membaik. Namun karena benturan yang keras di kepalanya mungkin ia akan sering merasakan sakit."

Jisoo dan Jiwon merasa sedikit lega. Lalu mereka berdua menghampiru Junghwan.

"Makasi sayang kamu udah mau bangun."

Junghwan tidak menjawab ia hanya diam saja.

Tangan Jisoo terangkat untuk mengelus rambut putranya. Namun tangannya dihempas oleh Junghwan.

"Jangan pegang saya. Nanti kena sial."






Jleb...






Begitu sakit hati Jisoo dan Jiwon. Seberapa dalam mereka memberikan luka.

"Gak sayang kamu bukan anak sial. Kamu anugerah Ayah dan Bunda."

"Gak usah ngucapin kata-kata yang baik. Saya tau kalian cuman kasihan aja kan sama saya."

"Enggak sayang. Enggak,Bunda sayang kamu."

"Haha. Semua palsu. Bentuk apapun yang kalian berikan pada saya semua palsu. Saya sudah terbiasa hidup sendiri,sebatang kara."

Junghwan tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Ia hanya takut tersakiti lagi. Ia takut apa yang Ayah,dan Bundanya lakukan ini semua penuh kebohongan. Jadi ia melakukan cara ini.

Junghwan memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Shhh...sakit. Sakit banget."

"Sayang kamu kenapa?."

Jisoo langsung membawa Junghwan kedalam dekapannya. "Maafin Bunda sayang. Junghwan harus kuat anak Bunda pasti kuat."

Junghwan menangis dalam dekapan Jisoo. Apakah ini kenyataan? Ia sedang tidak bermimpi kan?

Jiwon memeluk Junghwan. Jadi sekarang posisinya adalah. Junghwan diapit oleh kedua orangtuanya.

"Maafin Ayah. Maafin Ayah."

Tolong kalau seandainya ini mimpi. Segera bangunkan Junghwan,karena ia tidak mau berharap lebih.

Dirinya semakin terisak. "Pasti ini cuman mimpi. Gak mungkin Ayah sama Bunda mau peluk Junghwan. Iya pasti ini mimpi."

Kepalanya semakin terasa sakit.

"Ini bukan mimpi. Ini nyata,Ayah sama Bunda ada disini,disamping Junghwan."

Junghwan semakin mengeratkan pelukannya terhadap Jisoo. Ia menangis disana.

Karena terlalu lelah menangis dan juga kepalanya yang masih terasa sakit,akhirnya ia memilih untuk terlelap sebentar.

"Yah. Kok Junghwan gak ada suaranya."

Jiwon pun melihat wajah anaknya. "Yaampun lihat Bun,saking nyamannya sama pelukan kamu,dia tidur."

Jisoo pun membenarkan posisi Junghwan. Ia ingin melepas pelukannya sebentar.

"Bunda. Jangan pergi lagi." sepertinya Junghwan mengigau.

Wound Smile || So Junghwan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang