Pergi bersama luka ini.
🍁🍁🍁
Junghwan sudah berada di depan rumahnya. "Kalau gua masuk lewat pintu depan,pasti nanti Ayah marah kalau tau gua pulang telat."Tangannya mengusak rambutnya kasar. "Argh."
Junghwan merasa ada yang aneh. Rumahnya sepi. Kemana semua orang?. Ia juga baru sadar mobil Ayahnya tidak ada.
Ditinggalkan lagi. Bersama sunyi yang selalu membelenggu dirinya.
Ia membuka pintu rumahnya namun tidak bisa pintunya terkunci. Apa Junghwan benar-benar bukan bagian dari keluarga ini?.
Ia menyalakan ponselnya yang sedari tadi ia nonaktifkan. Notif pesan dari Omahnya ia langsung membukanya.
Omah❤
Junghwan sayang,Omah pamit pulang ya. Omah ada urusan mendadak. Wawan gak papa kan Omah tinggal lagi?.
Omah sayang Junghwan.
Omah janji bakal bawa Junghwan ke rumah Omah,biar kita hidup bahagia bersama. Junghwan tunggu ya.
Junghwan tersenyum. Lagi-lagi ditinggal. Apa rumah ini sepi karena keluarganya sedang mengantar Omahnya pulang?. Kalau ia syukurlah Omahnya tidak pulang sendirian.
Menghela napas dengan kasar. Ia benci keadaan seperti ini. Sekarang pintu rumahnya terkunci. Lalu ia harus tidur dimana sekarang?. Tidak mungkin kan ia ke rumah Jaehyuk,sudah cukup Junghwan tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.
Untung saja di depan rumah ada kursi. Setidaknya dia bisa tidur di kursi itu. Menjadikan tasnya sebagai bantal.
Matanya perlahan-lahan terpejam. Rasa kantuk mulai menguasai dirinya. Hari ini ia begitu lelah sungguh. Lelah sekali.
Untung saja besok hari Minggu. Setidaknya ia bisa benar-benar mengistirahatkan tubuhnya.
🍁🍁🍁
Matahari telah muncul ke permukaan bumi. Menyapa manusia dengan hangat.
Junghwan perlahan membuka sedikit matanya. Tidur diluar membuat badannya sangat sakit.
Ia melihat sekeliling,ternyata masih sepi. Ayah,Bunda,Bang Hyunsuk,Kak Doyoung,ternyata belum pulang.
Mereka benar-benar lupa,disini masih ada orang yang seharusnya ditengah-tengah mereka.
Junghwan melangkah keluar rumah,sekedar untuk mencari makan,karena perutnya sudah meronta-ronta minta diisi.
Melihat isi dompetnya,uangnya ternyata tinggal sedikit. Sisa uangnya masih ada didalam kamar.
Perutnya lapar,tapi ia tidak ada selera untuk makan. Ia memutuskan untuk membeli satu buah roti berisi coklat,dan susu kotak rasa coklat. Itu sudah cukup sepertinya untuk mengisi perutnya.
Duduk di sebuah bangku yang berada di taman. Menikmati setiap roti yang ia gigit.
Meminum susu hingga isinya tandas. Manik matanya menatap hamparan langit yang terlihat indah. Awan begitu tenang. Junghwan sepertinya ingin menjadi awan. Terbang bebas tanpa beban. Tanpa ada yang membencinya.
Lagi-lagi ia harus menelan kenyataan pahit ini. Hidup dibenci. Kelahirannya disalahkan.
Cukup lama Junghwan berada disana. Tidak sadar bahwa langit sudah menunjukkan waktu sore hari.
Bergegas ia untuk pulang. Siapa tau yang lainnya sudah pulang.
Langkah kakinya terhenti ketika melihat mobil Ayahnya sudah berada di pekarangan rumah.
Seketika hatinya gundah. Perasaan tidak enak muncul begitu saja. Ia memberanikan diri untuk masuk kedalam rumah.
Plak.
Junghwan tersungkur. Baru saja ia masuk kedalam rumah tapi dirinya sudah disambut dengan tamparan dari Ayahnya. "DARI MANA SAJA KAMU HAH?."
Junghwan memengangi bekas tamparan di pipinya.
"JAWAB PUNYA MULUT KAN?." Jiwon mengangkat dagu Junghwan dengan kasar.
"H-habis dari taman Yah. Sambil nunggu A-ayah pulang."
"SEHARUSNYA KAMU JAGA RUMAH INI. KAMU TAU GAK HAMPIR SAJA RUMAH INI DIRAMPOK."
Rumahnya hampir dirampok? Yang benar saja. Tapi Junghwan bersyukur coba saja tadi ia tidak pergi ketaman. Pasti dirinya menghadapi para perampok itu.
"SAYA LEBIH BAIK KEHILANGAN KAMU,DARIPADA RUMAH INI DIRAMPOK. DAN KEHILANGAN BARANG-BARANG."
Apa benar yang dihadapannya adalah Ayahnya?. Lebih baik kehilangan anaknya,daripada harta?.
"Kenapa Ayah selalu nyalahin aku sih?." Junghwan memberanikan diri.
"Karena kamu adalah pembawa sial."
"Kenapa aku dianggap pembawa sial?."
Jiwon memegang bahu Junghwan dengan kasar. "SAYA UDAH BENAR-BENAR MUAK SAMA KAMU. SAYA MINTA KAMU ANGKAT KAKI DARI RUMAH INI."
DEG!
Apa maksud Ayahnya? Junghwan harus pergi dari rumah ini. Lalu ia akan tinggal dimana?.
"Aku gak mau pergi kalau bukan Bang Hyunsuk yang nyuruh aku pergi."
Hyunsuk yang tadinya diam saja,ia langsung membuka suara. "Maksud lo apa?."
"Junghwan bakal pergi kalau Bang Hyunsuk yang langsung nyuruh Junghwan pergi. Selama ini alasan Junghwan bertahan adalah Bang Hyunsuk. Bang Hyunsuk yang selama ini ada disisi Wawan. Tapi sekarang udah gak sama lagi."
Junghwan menarik napas dalam-dalam. "Jadi Junghwan siap kalau Bang Hyunsuk ngusir Junghwan."
Demi apapun rasanya Junghwan langsung ingin mati saja detik ini.
"Ok kalau itu yang lo mau. Gua usir lo. Pergi dari rumah ini."
Bagai tersembar petir Junghwan benar-benar tidak bisa berkutik. Katakan kalau semua ini bohong.
🍁🍁🍁
Huhu kemaren mau up,tapi gk ada paketan:(
Wawannya pergi hiks:"
Selamat datang di bulan April,semoga bulan ini bisa lebih baik dari sebelumnya.
Udah pada sarapan blm?
01-April-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound Smile || So Junghwan (END)
FanficSenyum. Luka. Hanya itu yang Junghwan punya. End :17 Mei 2021