Detik. Menit. Jam. Sudah terlewati. Keadannya pun masih sama.
Tuhan telah berbaik hati telah mengembalikan nyawa itu kedalam raganya memberikan kesempatan pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Terimakasihlah kepada Junghwan karena ia memilih bertahan kali ini.
Tuhan memang sudah mengembalikan nyawanya. Namun netranya masih setia terpejam. Menikmati hal yang berada di alam bawah sadar.
Ini semua begitu menyakitkan bagi Jisoo dan Jiwon. Tuhan memberikan hal yang begitu menyakitkan baginya.
Terus berdoa agar sang pemilik raga yang masih terpejam itu segera membuka matanya.
Ia sangat bersyukur ketika alat pendeteksi jantung tersebut kembali menandakan bahwa jantungnya bekerja kembali.
Anaknya memilih kembali.
"Benturan di kepalanya cukup keras. Sedikit sulit untuk dirinya membuka mata. Kita berdoa saja. Semoga tuhan tidak mengambil nyawanya kembali."
Tuhan tolong jangan ambil Junghwan kembali.
Biarkan dia merasakan bahagia. Engkaulah pemilik segalanya jadi kami semua memohon.
"Bun. Makan dulu yuk."
Jisoo menggelengkan kepalanya.
"Udah dua minggu bungsu kita belum bangun juga."
Jisoo terus menggenggam tangan Junghwan.
"Sayang,Bunda mohon kamu harus bertahan. Jangan tinggalin bunda nak."
Jisoo membelai lembut wajah anaknya.
Brak...
"Bunda. Ayah."
Jisoo dan Jiwon menolehkan kepalanya ke asal sumbe suara.
Grep...
Hyunsuk langsung memeluk Bundanya. "Bunda maaf...Abang baru datang."
Jisoo mengusap kepala Hyunsuk. "Gak papa nak. Bunda ngerti."
Hyunsuk melepaskan dirinya dari pelukan Bundanya.
Ia menatap sendu Junghwan yang belum membuka matanya. Ia meringis melihat berbagai macam alat yang tentu saja sudah ia ketahui namanya karena dia kuliah mengambil jurusan kedokteran.
Ia baru sempat pulang sekarang karena harus menyelesaikan ujian dan juga skripsinya.
Ia merasa gagal menjadi Kakak yang baik. Gagal.
"Wawan bangun. Maafin Abang. Maaf."
Namun tidak ada respon sama sekali.
"Abang."
Doyoung langsung memeluk Hyunsuk. Dan ia menangis. "Maafin Abang ya."
Suasana di kamar di penuhi dengan tangisan kesedihan.
"Kamu tau gak dulu pas Bunda kamu hamil kamu dia seneng banget. Dia nanti-nanti banget kedahiran kamu di dunia ini."
"Beneran Kek?. Tapi itu kan waktu aku masih diperut Bunda. Sekarang mah keadaan udah beda. Semenjak Kakek meninggal perusahaan ayah hancur. Aku jadi di benci.
"Kata Ayah dan Bunda aku bukan Anugerah sama sekali. Dan itu memang benar,aku cuman bawa kesialan. Kan kasihan Ayah dan Bunda."
"Junghwan dengerin Kakek,mau bagaimanapun kondisinya kamu harus kuat jangan nyerah. Buktinya kamu milih kembali kan?."
"Tapi setelah kupikir-pikir lagi aku ikut Kakek aja deh."
"Kok gitu sayang. Emang kamu mau buat Ayah,Bunda sedih. Dan jangan lupa Jaehyuk yang masih selalu nunggu kamu."
"Jaehyuk selalu ada disisi kamu. Masa kamu tega mau ninggalin dia."
Junghwan terdiam. Jaehyuk memang segalanya. Dan Junghwan juga segalanya bagi Jaehyuk.
"Sekarang ayo Junghwan kembali. Jangan buat mereka nunggu."
"Kalau Junghwan kembali. Junghwan bakal dapat kebahagiaan?. Dapet kasih sayang Ayah,Bunda?.
"Iya kamu bakal dapat semuanya."
"Wan bangun. Gua udah disini. Bangun Wan."
Jaehyuk begitu sakit melihat Junghwan seperti ini. Terbaring tak berdaya. Tubuhnya dipenuhi alat-alat yang ia tidak ketahui namanya.
"Lo jahat banget ya. Buat gua nangis kaya gini. Lo tau gak Haruto dan teman-teman yang lain juga pada nangis. Dan lo harus lihat muka Haruto pas nangis,jelek banget."
"Cepetan bangun. Lo gak kangen sekolah apa?. Haruto juga mau minta maaf sama lo. Lo tega banget pergi terus cuman ninggalin pesan. "
Jisoo menghampiri Jaehyuk.
"Jaehyuk. Makasi ya selama ini selalu ada di samping Junghwan."
"Iya Tante sama-sama. Mau bagaimanapun juga Junghwan udah saya anggap sebagai adik saya sendiri."
"Yaudah sekarang kamu pulang. Kasihan baru pulang sekolah udah kesini. Pulang istirahat di rumah. Besok baru kesini lagi ya."
Jaehyuk menganggukkan kepalanya. "Yaudah Tante aku pamit dulu ya."
"Wan gua pamit. Besok gak mau tau pas gua kesini lo harus udah bangun."
Setelah itu Jaehyuk keluar dari ruang rawat Junghwan.
"Sayang Bunda. Kamu dengerkan tadi. Ayo bangun kasihan Jaehyuk di setiap kesini nangis terus. Bangun yuk bungsu Bunda."
Jisoo menciumi kening Junghwan lama. Berusaha menyalurkan kekuatan dan kasih sayang untuk anaknya,agar segera bangun dari tidur panjangnya.
Jisoo merasa genggaman antara tangannya dan tangan Junghwan ia merasa ada sebuah pergerakan.
Lalu atensinya berubah melihat tangan Junghwan yang bergerak.
"Sayang ayo kamu pasti bisa."
Jisoo menitikkan air matanya.
Lalu ia melihat bola mata Junghwan sedikit bergerak. "Ayo sayang buka mata kamu. Bunda ada disini. Kamu pasti bisa."
Jisoo terus memberikan kata-kata semangat untuk Junghwan berusaha bangun dari tidurnya itu.
Sempurna. Bola matanya terbuka sempurna. Menampilkan binar yang selama ini ia rindukan.
Tuhan terimakasih.
🍁🍁🍁
Pasti banyak yang kaget? Ya kan hayo jujur. Semoga kalian suka ya sama part ini.
Setelah aku berfikir keras akhirnya aku memilih untuk mengambil ide seperti ini
Terimakasih atas dukungan kalian semuahhh... Tenang ini belum ending kok masih ada beberapa chapter lagi.
Jangan lupa vote n comment dan follow aku juga ya.
10-Mei-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound Smile || So Junghwan (END)
Fiksi PenggemarSenyum. Luka. Hanya itu yang Junghwan punya. End :17 Mei 2021