"MAAF, tapi kamu bukan anak kandung ibu. Ibu tidak sengaja menolong kamu waktu bayi yang diculik oleh penjahat dan ibu mau mengembalikan kamu pada orang tua kandungmu tapi sayangnya ibu tidak tahu siapa mereka, karena tidak tega, ibu memilih untuk merawatmu seperti anak ibu sendiri, Pelangi."
Mata itu terbuka dan segera tubuhnya terbangun dari tidur, dengan nafas yang terengah-engah dicampur keringat yang membasahi pelipisnya.
"Ibu.."
Mimpi itu, mimpi yang sudah 3 tahun belakangan ini mengusik tidur nyenyaknya, selalu, setiap malam ia terbangun dengan keringat dan nafas terengah-engah seperti orang yang baru saja mengikuti lomba lari jarak jauh.
Setelah mengatur nafasnya kembali normal, gadis itu turun dari tempat tidurnya, menghidupkan lampu kamarnya dan melihat jam yang berada di meja belajarnya. Masih jam setengah sepuluh malam, yang berarti mimpi itu mengusiknya setelah dua jam tertidur.
Dua jam yang lalu memang membuat matanya sangat berat karena kantuk dan lelah yang bercampur setelah setengah hari ia harus menghabiskan waktu bekerja disebuah cafe yang kebetulan adalah milik temannya.
Gadis itu membuka jendela kamarnya, yang membuat dirinya disambut langsung oleh angin malam yang menyejukkan. Ia menatap taman kecil yang di buat oleh Ibunya sengaja di depan jendela kamar itu, karena katanya jika gadis itu sedang lelah maka ia bisa memandangi taman ini hanya untuk sekedar refreshing, dan itu sangat berguna.
Aquila Pelangi Raqueensha, atau yang lebih kerab di panggil pelangi oleh orang-orang terdekatnya karena sebuah kalung perak dengan tulisan nama pelangi namun sayangnya kalung itu menghilang sejak ia duduk disekolah dasar sampai sekarang belum juga ditemukan dan jika soal nama panjangnya, terukir dipakaian kecilnya yang ia pakai tepat disaat ia diculik oleh penjahat.
Pelangi menghela nafas, tatapannya tak lepas dari langit tepatnya pada bintang. Kepergian satu-satunya orang yang sangat berharga dalam hidupnya membuat pelangi benar-benar tak tahu arah.
Siapa orang tua kandungnya? Bagaimana ia kedepannya? Siapa yang akan menjadi semangat hidupnya? Semua pertanyaan dibenaknya itu benar-benar membuat Pelangi bingung apa tujuan hidunya? Namun, ia harap satu dari seribu bintang yang terang itu datang dan menerangi kehidupannya yang suram.
Ah, terlalu banyak yang ia pikirkan sehingga malam ini pun tak cukup untuk diselesaikan. Pelangi menutup kembali jendelanya, menatap sekilas taman sebelum ia kembali menutup gordeng itu.
Pelangi harus bangun besok, teringat besok adalah hari pertamanya di sekolah baru setelah berhenti dari sekolah lama karena beasiswanya yang dicabut dan Pelangi sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya.
Setelah mematikan kembali lampu kamarnya, ia berjalan menuju tempat tidur dan mulai mencari posisi yang nyaman, lalu menutup kembali matanya. Mencari mimpi indah yang bisa ia gunakan untuk semangat di keesokkan hari.
- TBC -
🌈
Author note :Hai, selamat datang ke cerita yang lumayan absurd! mari kita beralih sejenak ke sesuatu yang lebih terang, bintang contohnya? Oke, ini tentang fiksi remaja yang konfliknya nggak seberat karung beras, nggak se-enteng balon. Tapi, Aku harap kalian suka! Sampai ketemu chapter pertama!
- Dey
Minggu, Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Teen FictionSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...