CHAPTER 22

857 102 1
                                    

PELANGI diam sedikit terkejut, sama halnya dengan seseorang yang sekarang tengah berada tepat di depannya. Seorang gadis dengan pakaian terbukanya, menatap Pelangi seakan ingin mengenal kembali gadis itu.

“Hello.. again?” ucapnya menatap Pelangi yang hanya menatapnya tanpa ekspresi.

Pelangi tersenyum tipis bahkan sangat tipis, ia melangkah kembali hendak melewati gadis dengan rambut bergelombang itu namun ia berhenti lagi ketika tangannya dicekal oleh seseorang.

“Pelangi?”

Pelangi berbalik dan membalas tatapan gadis itu. “Iya, panggil saya?”

Terdengar kekehan kecil dari bibir merah itu. “Kenapa? Nama lo Pelangi kan? Atau udah lupa nama?”

“Bukannya kamu sendiri yang lupa ya? Atau, pura-pura lupa?”

Pelangi ingat betul kejadian waktu itu walaupun samar-samar tapi ia tidak akan pernah lupa hari dimana ia takut untuk percaya dengan kata persahabatan lagi.

“Cla! Selamat ya tim kamu menang!”

Seorang gadis yang menyandang gelar sebagai ketua tim basket putri sekaligus anak pemilik sekolah itu mengangkat satu alisnya.

“Lo temenan sama dia?”

Clarissa menggeleng cepat. “E-enggak kok, gue kenal dia aja nggak.. siapa lo?”

Clarissa sedikit menyondongkan kepalanya ke depan menatap nametag yang ada di seragam Pelangi. “Aquila?”

“Kamu kenapa Cla? Aku Pelangi, sahabat kamu.” ucap Pelangi

“Lo yakin nggak kenal sama nih cewek?”

Clarissa lagi-lagi menggeleng lalu menatap sinis Pelangi. “Ini pasti lo cuma mau pansos kan? Ngaku-ngaku jadi sahabat gue? Udah yok mending kita rayain kemenangan aja.”

Pelangi menahan lengan Clarissa yang hendak pergi, ia menatap mata gadis yang sudah menjadi teman dekatnya disekolah hampir tiga tahun itu berubah drastis setelah kedatangan anak pemilik sekolah.

“Cla..”

“Apaan sih? Lepas nggak!” Clarissa mencoba melepaskan pergelangan tangannya namun Pelangi tetap menahan lengan itu.

“Kamu kenapa berubah sih, Cla?”

Clarissa melirik anak pemilik sekolah itu yang tampak hendak percaya dengan Pelangi, hingga sebuah ide terlintas dibenaknya.

Clarissa meringis. “Auh.. Lo gila ya! Lo cakar gue?!”

Anak pemilik sekolah itu segera melepas paksa tangan Pelangi dan melihat pergelangan tangan Clarissa dan benar saja terdapat goresan merah yang ada disana.

“Lo cewek gila! Lo apain Clarissa?!”

“Mending kita ke UKS aja, sakit nih tangan gue!” Clarissa mencoba menjauh dari sana lebih tepatnya lagi menjauh dari Pelangi padahal bukan Pelangi yang membuat luka itu tapi dia sendiri yang menggoreskan kukunya.

Dan setelah itu bukan hanya kehilangan seorang teman, Pelangi juga dicabut beasiswanya disekolah yang menjadi alasan berdirinya ia sekarang dengan gelar murid SMA Semesta bukan SMA Cahaya.

Pelangi tersenyum ketika Clarissa tidak menjawab pertanyaannya, ia melepaskan tangannya dari tangan Clarissa lalu pergi dari sana tanpa menoleh ke belakang lagi karena rasanya hari sekarang lebih menyenangkan dari pada hari kemarin.

Setelah hampir seharian penuh Pelangi menghabiskan waktunya dicafe, sekarang ia sudah berada di halaman rumahnya. Pelangi masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu, sedikit meregangkan otot-ototnya seraya meletakkan tas di salah satu kursi.

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang