CHAPTER 34

855 95 1
                                    

BEL istirahat baru saja berbunyi membuat para murid bernapas legah karena dapat mengistirahatkan otak dan perut mereka yang sudah minta untuk diisi.

“Ahh! Akhirnya istirahat juga!” sahut Yuriva seraya berdiri merenggangkan otot pinggangnya. Pelangi tertawa sembari menyusun bukunya kembali masuk ke dalam tas.

“Kantin yuk! Laper nih..” ujar Nayla merengek dengan mengusap-usap perut langsingnya.

Yuriva mengangguk setuju. “Ayo!”

“Kalian duluan aja, aku mau ke toilet sebentar.” kata Pelangi.

“Oke! Tapi buruan lo!”

“Iyaa..” Yuriva, Nayla dan Kayla segera keluar dari kelas, melangkahkan kaki mereka dengan cepat ke kantin untuk memanjakan perut mereka yang terasa berguncang dengan hebat.

Sedangkan Pelangi, ia juga ikut keluar kelas namun ke arah lain. Tepatnya memasuki toilet untuk mencuci tangan dan mukanya agar menjadi lebih segar setelah se-jam penuh menatap buku yang berisi angka-angka yang beranak.

Pelangi tersenyum melihat pantulan dirinya di kaca, ia merapikan sedikit rambut yang dikuncir kuda, baru setelah itu keluar dan hendak menuju kantin, tepatnya pada ketiga gadis yang sudah menunggunya itu.

Belum sempat melangkah jauh, manik mata biru itu menatap keberadaan seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari kolam renang sekolah yang biasa dipakai untuk anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler berenang.

Entah kenapa kaki Pelangi malah melangkah menuju keberadaan Langit disana. Pelangi dapat melihat Langit tidak sendiri, ia bersama Reinda, Zerra dkk, namun, dapat dilihat dari raut wajah Langit jika lelaki itu sedang tidak perduli.

“Pergi!”

“Iya, iya, lo ih cuek banget kalo sama kita! Giliran sama Yuriva dan yang lain aja akrab!”

“Yaudah yuk girls cabut!”

Reinda dkk berbalik dan menatap Pelangi yang berada disana. Mereka terus melangkah namun tepat disaat Zerra dan Reinda sejajar dengan Pelangi, Zerra tiba-tiba saja terpeleset hingga menyenggol Reinda dan Reinda yang belum siap pun tidak bisa menyeimbangkan dirinya sampai terjatuh kesamping dan menyenggol tubuh Pelangi, sehingga mereka berdua sama-sama jatuh ke dalam kolam.

BYUR!

“PELANGI!” Langit yang melihat itu seketika ikut menyebur pasalnya kolam itu lumayan dalam dan luas, ia terus berenang ke arah Pelangi namun ternyata tanpa diduga Pelangi sudah lebih dahulu naik ke permukaan atas, dalam artian, Pelangi itu bisa berenang.

“Pelangi, lo nggak papa?” tanya Langit khawatir.

Pelangi menggeleng ia hanya terkejut namun setelah itu ia menunjuk ke arah Reinda yang tak kunjung naik ke permukaan atas. “Reinda Lang!”

Langit dan Pelangi sama-sama berenang ke arah Reinda dan membantu gadis itu naik ke permukaan atas, tapi, ternyata ia sudah pingsan duluan.

“Lang! Gendong, kita kepinggiran!”

“Tapi—”

“Ayo cepet Lang!” Langit mengangguk lalu segera menggendong tubuh Reinda ke pinggiran kolam. Semua murid berkumpul melihat kejadian itu.

“Minggir.” Pelangi mengambil posisi diatas Reinda lalu meletakkan kedua tangannya yang ditumpukan ke dada Reinda lalu setelah itu ia sedikit menekan sebagai pertolongan pertama.

Reinda terbatuk dengan air yang keluar dari mulutnya ia bangun dengan Pelangi yang membantunya mengubah posisi menjadi duduk.

“Kamu nggak papa Rei? Ada yang sakit?” tanya Pelangi.

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang