CHAPTER 30

902 104 7
                                    

LANGIT baru saja melangkah kan kakinya masuk melewati pintu utama, namun, sudah disambut pekikkan riang dari seorang gadis kecil yang berlari menghampirinya.

“Abang Langit!!”

Langit terkekeh lalu segera menggendong tubuh Rain. “Kangen hm? Ditinggal sekolah?”

Rain menggeleng seraya melihat ke belakang Langit. “Kakak cantik mana?”

“Kangen kakak cantik aja? Abang enggak?”

“Ihh! Abang Langit!”

Langit terkekeh lalu menurunkan Rain di sofa. “Rain tunggu aja dulu, abang mau ganti baju.”

Rain mendongak menatap Langit yang menjulang tinggi. “Emang kakak cantik kemana?”

“Lagi buat PR, entar dimarahin sama Bu guru.” ujar Langit yang membuat Rain mengangguk-anggukkan kepalanya sedangkan Bi Yuli yang mendengar itu hanya terkekeh geli.

“Ini Non, susunya.” ucap Bi Yuli seraya meletakkan segelas susu di meja.

“Thank You Bibi!”

Bi Yuli tersenyum. “Sama-sama Non, oh iya, Non Rain main apa mau Bibi temenin?”

Rain menggeleng. “Rain lagi nunggu kakak cantik dateng Bi.”

“Eh anak Papa, lagi main apa hm?” tanya Gara yang baru saja datang dan duduk disebelah Rain.

“Enggak main apa-apa Pah, Rain lagi nunggu kakak cantik!”

Gara menautkan kedua alisnya seraya tersenyum. “Kakak cantik siapa Rain?”

“Kakak cantik, pacarnya abang Langit, Pah.”
Gara sedikit terkejut mendengar ucapan putri kecilnya itupun, karena bingung ia beralih menatap Bi Yuli.

Bi Yuli terkekeh. “Namanya Non Pelangi, tuan.” ucap Bi Yuli yang membuat Gara mengingat Pelangi lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Papa.”

“Iya, sayang?” tanya Gara pada Rain yang baru saja memanggilnya.

Rain menunjuk sebuah kalung yang ada digenggaman Gara. “Itu kalung siapa, Pah?”

Gara membuka telapak tangannya hingga memperlihat jelas kalung dengan liontin bintang. Ia pun tersenyum.

“Ini punya wanita yang paling papa sayang.” ucap Gara yang membuat Bi Yuli tersenyum

Langit yang mengeraskan rahangnya ketika mendengar apa yang diucapkan Gara. “Bisa-bisanya Papa bicara itu di depan Rain!”

Langit menarik Rain menjauh dari Gara sedangkan Gara ia berdiri melihat keberadaan Langit.

Langit menatap tajam Gara. “Papa mau mempengaruhi Rain hm? Iya? Kalo benar, Langit nggak akan biarin Papa!”

“Langit! Papa nggak ada niatan buat ngelakuin itu.” kata Gara.

“Apa sih mau Papa? Papa nggak cukup nyakitin Langit, buat rumah ini jadi kotor, ngekhianati Mama—”

“LANGIT CUKUP!” Langit diam ketika Gara berbicara dengan nada tinggi.

“Harus berapa kali Papa bilang! Papa nggak seperti apa yang kamu pikirkan, Langit!”

Langit mengangkat kedua alisnya. “Nggak seperti apa yang Langit pikirkan berarti Papa lebih bejat dari itu?”

“Den—” Bi Yuli segera diam ketika Langit menatapnya tanpa ekspresi.

“Papa nggak jauh-jauh dari kata buruk!”

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang