PARA remaja itu tengah asik memainkan permainan mereka, sesekali bertengkar yang pasti itu disebabkan oleh para gadis yang tidak mungkin salah dan para lelaki yang tetap meyakinian kalau mereka itu salah.
Sedangkan Pelangi sedari tadi menemani Rain bermain. Jujur saja ia tidak merasa bosan, karena memang Pelangi itu menyukai anak kecil apalagi anak kecil aktif seperti Rain.
"Kakak cantik tau nggak kenapa Rain suka sama Loly?" ucapnya sembari menunjukkan boneka barbie itu kepada Pelangi.
Pelangi nampak berpikir sejenak lalu menatap gemas gadis kecil di depannya itu. "Karena Loly cantik?" tebak Pelangi
Rain mengangguk semangat. "Loly juga mirip kakak cantik, makanya Rain suka!"
"Kakak juga punya boneka imut kayak Rain." ucap Pelangi lalu mengambil sesuatu dari saku celananya.
Pelangi memberikan boneka beruang mini yang awalnya hanya boneka biasa di gantungan kunci, namun Pelangi merubahnya menjadi boneka beruang mini yang lucu.
"Wah! Lucu banget kak? Rain boleh pinjem?" tanya Rain.
Pelangi terkekeh melihat wajah berseri Rain yang menatap ingin memiliki boneka beruang mini itu. "Ini kakak kasih buat Rain, mau?"
Seharusnya Pelangi tidak perlu menanyakan itu karena tentunya dengan semangat Rain mengangguk menerima. "Makasih kakak cantik! Yeay!"
Gadis kecil itu berdiri dan berlari riang memasuki dapur seraya berucap. "Bibi! Rain dapet hadiah dari kakak cantik!" Sedangkan Pelangi hanya tertawa gemas melihat tingkah laku adiknya Langit itu.
"Lo ngasih apa ke Rain?" tanya Langit yang ikut duduk disebelah Pelangi.
Pelangi menoleh, "Oh enggak, cuma boneka beruang kecil, emang kenapa?" Bukannya mendapat jawaban, Pelangi hanya mendapat senyum kecil dari Langit.
Pelangi memutar otaknya untuk mencari jawaban sendiri, dan entah kenapa ia berpikir mungkin karena hadiahnya yang tidak berharga? Yang bukan dari barang yang mahal? Tidak seperti Zerra yang membawakan berbagai mainan mahal.
Ingin marah tapi mengapa? Toh, memang kenyataannya seperti itu. Pelangi bukan seperti anak yang lain, mempunyai orang tua, berbahagia bersama keluarga dan.. ah rasanya Pelangi tidak ingin membahas itu. Ia cukup sadar diri.
"Bukan itu."
Pelangi tersentak ketika Langit berbicara. "Apa?"
"Gue nanya kayak tadi bukan karena apa, tapi, Rain itu anaknya susah deket sama orang lain apalagi seneng kalo di kasih hadiah sama orang yang nggak dia kenal." ujar Langit membuat Pelangi terdiam.
"Ubah mindset lo, jangan suka ngerendahin diri mau di dalam ataupun diluar karena pada nyatanya yang terbaik itu hanya diri sendiri."
Pelangi terkejut? Tentu, selain bagaimana bisa Langit tahu, ia juga terkejut seorang Langit bisa bicara seperti itu? Sejak awal bertemu, dimata Pelangi, Langit itu hanyalah lelaki yang serba sempurna, disukai banyak orang dan yang pasti bukanlah barisannya. Namun, sekarang Pelangi menatap Langit seakan sudah mengenal lelaki itu lama, seperti ada sebuah ikatan yang sempat merenggang diantara mereka dan kini terikat kuat kembali.
Tapi lagi dan lagi mengapa? Apa? Dan siapa yang harus ia pertanyakan disini. Siapa Langit? Mengapa ia merasakan itu? Dan apa yang membuat dia bisa berada disini, duduk disamping lelaki yang menjadi impian seluruh gadis.
Pelangi membenci ini, disaat ia mulai terbuka dengan Langit namun pertanyaan demi pertanyaan membuat dia ragu dan ragu lagi untuk melangkah lebih jauh. Atau memang sudah seharusnya dari awal Pelangi diam dan menjalani kehidupannya seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Teen FictionSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...