CHAPTER 1

2.4K 204 16
                                    

Mereka itu pelangi, namun tak sama. Jika pelangi yang disana dikagumi semua orang, maka yang disini hanya langit yang mengaguminya.”

🌈🌈🌈


LANGKAH kaki dengan sepasang sepatu itu berhenti sejajar, gadis dengan rambut yang berkuncir kuda dan poni tipis yang berada di sekitar pelipisnya itu memandang gedung sekolah yang menjulang tinggi dari luar gerbang.

Ia menghela nafas, jika disekolah lamanya ia tak bertahan lama, apakah sekolah baru ini dapat menerima murid sepertinya? Tidak, sekolah adalah tempat dimana kita mencari ilmu bukan tempat dimana menjadi beban hidup, tapi bagaimana jika pernyataan yang kedua justru lebih banyak dialami?

Pelangi, gadis itu memperhatikan sekitar, banyak murid-murid yang berlalu lalang masuk ke dalam gerbang sekolah kecuali dirinya yang tampak ragu untuk melangkah.

Pelangi memejamkan matanya sejenak, sekarang ia hanya perlu melangkah dulu baru menentukan arah selanjutnya. Pelangi mengukir senyum lalu melangkah dengan berani memasuki halaman sekolah itu dan hari barunya.

“Woi Kadal sialan lidah buaya mata biawak! Balikin sepatu gue!”

Brukk!

Pelangi meringis kecil ketika seseorang menabrak pundaknya dari belakang, ia menoleh dan menatap seorang siswa dengan topi abu-abu yang dipakai dengan ara kebelakang.

“Eh nitip! Kagak bayar ‘kan? Makasih! Sama-sama!” Laki-laki itupun berlari sesekali menoleh kebelakang, memberi mimik muka lucu pada seseorang pemilik sepatu itu.

“Monyet nggak tau diri! Ngemut pisang aja belagu.” cibir seorang gadis yang menjadi korban atau lebih tepatnya pemilik sepatu itu.

Pelangi menatap gadis yang rambutnya dicepol, poni yang menutupi dahinya, pipi tembem dengan tubuh yang lumayan berisi namun itu terkesan lucu bagi Pelangi.

Gadis itu menatap Pelangi lalu sepatunya. “Eh itu sepatu gue.”

Pelangi mengangkat kedua alisnya lalu mengulurkan sepatu itu yang langsung diterima oleh gadis lucu itu.

“Sepatu gue tuh emang wangi, pakai parfum eropa, wajar kalo jadi bahan rebutan apalagi Monyet anak kadal itu, paling demen sih dia sama sepatu gue! Thanks loh, udah direpotin sama dia.” Gadis itu berucap panjang lebar disepanjang ia memasang sepatunya kembali.
Sedangkan Pelangi hanya berdeham, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

“Oi.”

Pelangi menghentikan kakinya ketika mendapat teguran dari arah belakang. Gadis itu berjalan mengelilingi Pelangi, seraya menatap sekitar tubuh gadis itu sebelum ia berada tepat di depan Pelangi yang menatapnya bingung.

Gadis itu menatap datar Pelangi yang entah mengapa membuat Pelangi sedikit takut namun tak lama ia berubah menjadi bingung ketika gadis itu tersenyum sumringah.

“Kembaran!!” ucapnya seraya menunjuk Pelangi dengan senyum sumringahnya.

“Apa?”

Gadis itu menujuk poni tipisnya lalu merapikan poni Pelangi. “Mirip ‘kan?!” Gadis itu memamerkan deretan giginya.

Pelangi tersenyum dan ikut menunjukkan deretan giginya, ia kira kenapa? Ternyata keduanya yang sama-sama memiliki poni yang imut.

“Em! Sebentar!” Gadis itu sedikit menyipitkan matanya menatap Pelangi dari atas sampai bawah.

“Gue nggak nyeremin ‘kan?” tanyanya seraya memegangi wajahnya, Pelangi menggeleng menjawab pertanyaan gadis itu.

“Okey! Kenalin, Yuriva! Boleh dipanggil Yur, bisa dipanggil Va, panggil sayang juga boleh!!” ucap gadis itu seraya mengulurkan tangannya.

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang