“LANGIT, tapi aku mau ke Cafe.” ucap Pelangi berharap lelaki itu memahami keadaanya.
Sejak bel pulang sekolah berbunyi, Langit langsung menariknya menuju parkiran, bersemangat sekali mengajak Pelangi main ke rumahnya padahal Pelangi harus menuntaskan pekerjaannya di Cafe.
“Yuriva, gue pinjem Pelangi hari ini.” kata Langit ketika mereka berdua berhadapan langsung dengan Yuriva.
Yuriva berdeham. “Mentang-mentang nih PDKT.. Boleh, tapi awas aja lo berdua kalo ujung-ujungnya nggak jadian.”
Langit mengangguk setuju. “Doain!” Lalu ia lanjut berjalan ke arah sebuah mobil dengan tangan Pelangi yang berada di genggamnya.
“Pakek Mobil?” tanya Pelangi.
Langit mengangguk, tangannya membukakan pintu mobil untuk Pelangi. “Sekalian jemput Rain.” katanya.
“Altair!! Kamu mau kemana ngajak dia? Mending ngajak aku aja.” pekik Zerra menggebu yang melihat Langit membukakan pintu untuk Pelangi.
Namun sayangnya Langit tidak menggubris Zerra, ia tetap menatap Pelangi dan menginstruksi gadis itu untuk masuk.
Pelangi hanya tersenyum kecil lalu masuk ke dalam mobil, begitupun dengan Langit yang berlalu duduk di kursi pengemudi dan menginjak gas, tidak memperdulikan keberadaan Zerra yang merengek seperti anak kecil yang meminta permen.
Pelangi menatap Langit yang sedang fokus mengemudi, ia ingin bertanya namun entahlah apa yang membuatnya ragu. Sebenarnya Pelangi bingung mengapa harus dia yang diajak Langit ke rumahnya? Mengapa Langit seakan memprioritaskan-nya? Padahal ada Zerra yang terang-terangan ingin bersamanya.
Bukan apa, Pelangi hanya takut jika nanti ketika ia terlanjur mencintai justru Langit malah membalasnya seperti tidak melakukan apa-apa.
Pelangi cukup merasakan apa itu namanya patah hati dan kecewa, disaat ia sudah terlanjur percaya malah dia yang terlanjur terluka. Disaat ia sudah terlanjur mengikhlaskan malah sesuatu itu kembali menghadirkan luka.
Apakah Langit akan membuat goresan kedua dihatinya? Mungkin. Apakah Langit akan menjadi alasan dibalik cairan bening itu lolos? Mungkin. Ataukah Langit akan menjadi alasan tidak hadirnya kedua hal menyakitkan itu?
Mungkin, mungkin dan mungkin. Entahlah kapan kata benar menjawab semua pertanyaan tentang Langit dengan pasti, tanpa satu keraguan tanpa suatu kata andai.
Pelangi menghela nafas lalu menyenderkan punggungnya di kepala bangku mobil. Ia menatap langit yang seakan memahami apa yang sedang Pelangi pikirkan.
Hai langit apa benar kau menyimpan banyak rahasia? Apa benar kau terlalu memilih waktu untuk mengungkapkan rahasia itu?
Tapi, bagaimana jika pelangi ingin hadir dengan jawaban yang pasti? Bagaimana jika kau tidak memberikan jawaban itu maka pelangi tidak akan pernah hadir.
Aku tahu, hujan akan merubah segalanya. Hujan akan tetap menutupi rahasia mu dan hujan akan tetap menghadirkan pelangi di langitmu tapi bagaimana jika semua terjadi dengan keadaan yang masih penuh keraguan?
Bagimana jika pelangi terlanjur tidak percaya dan dia akan menghilang sekalipun hujan berusaha merayunya untuk tetap hadir. Namun, kau tidak tahu dibalik rahasia mu ada berjuta penerimaan bagi pelangi.
Pelangi siap hadir tanpa suatu jawaban pasti dari mu. Pelangi tetap hadir walaupun dia tahu kau tetap tidak ingin memberi satu jawaban dari seribu rahasia mu.
Pelangi hanya ingin kau tahu, kehadiran dia bukan untuk sebuah tujuan tapi untuk membuktikan kepada seluruh penghuni semesta bahwa langit memiliki warna terindahnya dibalik semua tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Roman pour AdolescentsSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...