EPILOG

1.6K 116 4
                                    

“Aku masih ingat, hari dimana kamu memeluk ku bukan sebagai seorang Altair untuk Aquila namun seorang Langit yang menemukan takdirnya, hari itu adalah epilog.” - Pelangi

✏️ Aquitair

SETELAH selesai menyiapkan makanan untuk seorang wanita dan seorang pria yang sekarang menjadi dua orang yang berharga dalam hidupnya. Pelangi tersenyum ketika Susan mengecup dahinya dan Revan yang hanya tersenyum seraya mengusap kepalanya.

“Pelangi, harusnya kamu nggak perlu masak-masak gini, kan ada Bibi di dapur.” kata Susan.

Pelangi terkekeh. “Kapan lagi coba Pelangi bisa kasih ini ke mama sama Papa?”

Susan dan Revan tersenyum karena akhirnya mereka bisa bertemu dengan putri kandung mereka. “Oh iya, mama denger kamu mau pergi sama Langit, ya sayang?”

Pelangi mengangguk. “Iya, Mah, Pah, Pelangi izin ya cuma mau.. ngabisin hari ini aja.” ucap Pelangi sedikit pelan.

Susan terkekeh kecil. “Nggak papa kok, yang penting kamu sama Langit jadi Mama sama Papa nggak perlu khawatir.”

“Ih, Mama.”

“Yaudah ya, Pelangi mau siap-siap dulu takutnya Langit dateng nanti.” Susan dan Revan mengangguk walaupun mereka tertawa melihat raut wajah malu dari Pelangi.

Tak berselang lama, suara sebuah motor memasuki halaman rumah itu, yang membuat Revan maupun Susan berdiri setelah menyelesaikan kegiatan sarapan mereka yang dibuat khusus oleh Pelangi.

“Om, Tante.” Langit mencium kedua punggung tangan kedua orang yang sudah ia anggap seperti orang tua sendiri.

“Emm, Mau jalan-jalan ya?” tanya Susan menggoda Langit sedangkan Langit hanya tersenyum menanggapi ucapan Susan.

Pelangi turun yang membuat Langit menoleh dan terpaku pada penampilan gadis itu yang sederhana namun terkesan cantik dengan jeans hitam, kaos putih polos yang dibaluti dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan jangan lupakan rambut yang digerai membuat Pelangi semakin cantik.

“Ekhem..” Revan dan Susan sama-sama berdeham melihat Pelangi dan Langit yang saling melempar tatapan.

Pelangi tersenyum lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya. “Pelangi pergi dulu ya, Mah, Pah.”

Sama halnya dengan Langit yang juga turut menyalami tangan Susan dan Revan. “Pinjem Pelangi ya Tante, Langit janji nggak bakal hilang lagi kali ini.”

“Ish!” Susan dan Revan terkekeh ketika Langit mendapatkam pukulan pelan dari Pelangi di pundaknya.

“Iya! Sana, hati-hati loh!”

Pelangi melambaikan tangannya seraya menaiki motor Langit. “Dahh!”

Setelah itu Langit melajukan motornya, membiarkan angin dan jalanan menjadi saksi bersatunya Pelangi dan Langit sekarang.

Langit tersenyum melihat Pelangi dari kaca spion nya. “Seneng?”

“Banget, Lang.” Langit hanya terkekeh pelan lalu kembali fokus pada jalanan.

“Makasih.”

Langit terdiam ketika Pelangi memeluknya dari belakang seraya mengucapkan kata terima kasih.

“Makasih untuk semuanya.” lanjut Pelangi.

“Nggak perlu makasih, karena ini adalah tugas gue.”

Pelangi menatap Langit dari kaca spion. “Termasuk cinta sama aku?”

“Enggak, jatuh cinta sama lo bukan tugas gue tapi takdir gue.” Pelangi terkekeh lalu kembali memeluk Langit dari belakang, hingga motor sport itu berhenti disebuah Cafe yang juga menyimpan banyak kenangan tentang mereka.

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang