CHAPTER 10

1.3K 137 8
                                    

"Mungkin semangat hidup lo hilang hari ini tapi perlu lo ketahui ada semangat lain yang menanti lo di keesokkan hari yang berarti lo masih perlu hidup hari ini."

🌈🌈🌈


"GILANG!"

Langit menahan pundak lelaki itu sehingga kini ia tak perlu berlari lagi untuk mengejar orang yang sedang larut dalam emosinya itu.

"Gue mau pulang." ujar Gilang

"Nggak."

Gilang menahan amarahnya agar tidak terlampiaskan pada Langit yang memang sengaja memancing amarahnya.

"Gue mau pulang Lang!" ulang Gilang

"Gue nggak ngizinin lo pulang." ucap Langit enteng.

"Tapi-"

"Markas Basgan."

Gilang mendengus, terus mencoba untuk tenang lalu selanjutnya lelaki itu segera menaiki motor, memasang helm full face-nya dan melajukan motornya.

Langit menghela nafas dengan kedua tangan masih di dalam saku namun tangannya segera keluar dengan sebuah benda pipih ketika suara deringnya berbunyi.

"Halo Den, bibi mau nanya, Non Rain sama Aden ya?" tanya wanita paruh baya yang ada disebrang sana dengan nada yang terdengar tergesa-gesa.

"Nggak, kenapa Bi?"

"Den! Non Rain nggak ada disekolah waktu supir jemput."

Langit seketika mengeraskan rahangnya, "Langit ke sekolah Rain dulu, Bi"

"Iya Den"

Langit memasukan kembali benda pipih itu ke dalam saku, ia segera memasuki mobil dan melajukan mobil itu dengan segera meninggalkan halaman Cafe.

Kemana gadis kecil itu jika ia tidak berada di sekolah? Itulah pertanyaan yang menyelimuti pikiran Langit sekarang namun sekarang lelaki itu fokus melajukan mobilnya hingga berhenti tempat di depan gerbang sekolah dasar.

Setelah keluar dari mobilnya, Langit segera masuk untuk mencari keberadaan Rain.

"Den Altair." sahut seorang satpam yang membuat Langit menoleh.

"Abang!"

"Rain.." Langit dengan segera menggendong tubuh gadis kecil yang berlari ke arahnya.

"Rain dari mana, tadi pak supir jemput Rain nggak ada?" tanya Langit

Rain tersenyum lebar menampakkan deretan gigi mungilnya. "Maaf, tadi Rain abis beli barbie nih!" ucapnya seraya menunjukkan sebuah boneka barbie yang berkuncir kuda.

Langit terkekeh. "Yaudah kalo gitu kita pulang ya."

Gadis kecil itu mengangguk lalu tersenyum pada satpam yang tadi menemaninya. "Rain sama abang pulang dulu ya Pak! Dadah.."

Satpam itu mengangguk ramah, "Mari Non, Den."

Langit segera masuk ke dalam mobil setelah Rain sudah duduk manis di dalam mobil tepatnya disamping dirinya.

Langit tersenyum tipis melihat Rain yang asik memainkan boneka barbie-nya, menyisir rambut barbie itu, menguncir kuda kembali lalu bermain-main layaknya seperti manusia.

"Rain sejak kapan suka main sama barbie?" tanya Langit, karena memang setahu-nya gadis itu hanya menyukai boneka lembut yang bahkan di kamarnya penuh dengan boneka.

"Sejak hari ini." jawab gadis kecil itu

Langit mengernyitkan dahinya seraya terkekeh.
"Kok bisa?"

Rain mengangguk lalu mengulurkan barbienya, "Rain suka karena dia mirip kakak cantik."
Langit tersenyum lalu mengacak lembut puncak kepala Rain dengan tatapan yang fokus di jalanan.

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang