SETELAH beberapa lama upacara bendera berlangsung disekolah, akhirnya kini adalah penutupan dan para murid pun segera bergegas berlari ke dalam kelas mereka masing-masing ketika sudah mendapat instruksi dari pemimpin, tidak tahan lagi dengan panasnya terik matahari yang terasa membakar kulit mereka.
“Pelangi.”
Pelangi yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh dan mendapati Langit yang berjalan sejajar dengannya.
“Kamu manggil aku, Lang?”
“Iya.”
“Kenapa?”
“Nggak papa, cantik aja.” ucap Langit enteng yang hanya dibalas anggukkan kepala oleh Pelangi namun beberapa detik kemudian Pelangi seakan tersadar dengan ucapan Langit tapi ia pura-pura untuk tidak perduli dengan hal itu.
Dering Handphone membuat Langit harus berhenti dan mengangkatnya apalagi itu dari salah satu orang yang penting di hidupnya.
“Halo, Assalamualaikum, Tante?” ucap Langit yang membuat Pelangi menoleh padanya karena Langit yang berucap lembut pada seseorang disebrang sana yang ia panggil tante.
“Halo, Waalaikumsalam Langit, kamu dimana sekarang?”
“Langit disekolah Tan, kenapa hm?”
“Oh gitu, Tante sama Om baru aja sampai ke rumah, rencananya Tante mau masak buat sarapan kamu eh kamu malah udah berangkat duluan.”
Langit terkekeh pelan. “Iya maaf Tan, masak aja nggak papa nanti Langit sama Rain yang habisin.”
“Iya, lagian kamu kok berangkatnya tumben pagi banget?”
Langit tersenyum seraya menoleh pada Pelangi yang hanya menatapnya. “Iya Tan, soalnya udah ada prioritas ini.”
“Langit? Kamu nggak sama cewek yang pernah bikin Rain nangis itu kan?”
Langit tertawa pelan. “Nggak Tan, ini itu lebih baik dan Langit yakin Tante pasti suka.”
“Ahh, yaudah belajar yang bener loh, prioritas nya dijaga!”
“Siap Komandan.”
Terdengar suara kekehan dari seberang sana. “Yaudah Tante tutup ya, Assalamualaikum sayang.”
“Waalaikumsalam, Tante.”
Langit memasukan kembali benda pipih itu di saku celana seragamnya.
“Siapa, Lang?” tanya Pelangi
“Ibu kedua.” Langit berjalan memasuki koridor diikuti dengan Pelangi yang ada disampingnya.
Pelangi yang mendengar itu menautkan sebelah alisnya. “Papa kamu nikah lagi?”
“Enggak, ini sahabat karibnya Mama.”
Pelangi mengangguk-anggukkan kepalanya ber'oh' ria. “Ada apa?”
“Nggak papa, masalah sarapan.”
“Kamu belum sarapan?” tanya Pelangi yang hanya dibalas gelengan oleh Langit.
“Udah sana masuk.” ucap Langit setelah mereka berdua berada di depan kelas Pelangi.
“Sebentar..” Pelangi berlari masuk ke dalam kelasnya dan kembali berlari ke arah Langit, menyodorkan sebuah kotak bekal yang berisi sandwich spesial buatannya tadi pagi.
“Kamu belum sarapan kan? Kebetulan aku baru aja buat—” ucap Pelangi yang tak terselesaikan ketika Langit menerima kotak bekal itu.
“Makasih, kalo gitu gue ke kelas dulu.” Langit pergi yang membuat Pelangi terdiam ia melihat semburat kebahagiaan di wajah tampan itu dan satu lagi, padahal Pelangi kira Langit tidak akan mau menerima pemberiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Teen FictionSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...