CHAPTER 37

887 103 12
                                    


JAM sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun, mata itu belum juga tertutup padahal sudah beberapa kali berusaha menutup namun tetap saja ia tidak bisa tidur.

Pelangi mendengus, pikirannya terus mengarah pada kejadian tadi siang tepatnya disekolah, disaat Langit mengatakan hal ang tidak biasa padanya.

"Ah!" Pelangi mengambil bantal kepala lalu menutupi wajahnya, "Tidur dong! Tidur!"
Pelangi beberapa kali mengubah posisi tidurnya, tapi, tetap saja matanya seperti sedang bekerja sama dengan pikiran untuk terus mengingat kejadian langka tadi siang.

Pelangi menoleh ke samping tepatnya pada lemari pakaian yang sudah lama tidak ia perhatikan dalamnya. Pelangi akhirnya memilih untuk merapikan pakaian-pakaiannya setelah hampir beberapa bulan tidak merapikan isi lemari itu yang sudah cocok disebut, lemari acak-acakan.

Pelangi terus merapikan perlahan pakaian-pakaiannya hingga tangannya mengambil sebuah jaket denim yang terlipat rapi dan tentu saja Pelangi menautkan kedua alisnya karena itu bukanlah miliknya.

Pelangi mencoba mengingat-ingat jaket denim itu milik siapa sampai bisa tinggal di lemarinya. Sampai akhirnya Pelangi mengingat waktu dimana, ia berteduh di bawah terminal bus disaat hujan mengguyur.

Langit datang memasangkan jaketnya pada tubuh Pelangi yang sudah kedinginan, dan disaat itu adalah awal dari Pelangi mengakui jika Langit adalah lelaki pertama yang ia akui tampan.

Pelangi terkekeh, sudah lama kejadian itu dan Pelangi lupa mengembalikan jaket ini. Pelangi merapikan kembali lipatan jaket itu lalu mengambil sebuah paperbag dan memasukkannya.

Dengan niat yang sudah bulat untuk mengembalikan jaket itu besok pada Langit.

Pelangi menguap kecil sebagai tanda jika matanya sudah mulai menyetujui permintaannya untuk tidur. Pelangi menyelesaikan pekerjaannya lalu segera mematikan lampu dan langsung mencari posisi nyaman di kasur empuknya untuk tidur.

Dan kali ini hanya akan ada mimpi indah yang menghampirinya.

🌈🌈🌈

Pelangi membereskan buku-bukunya setelah bel istirahat berbunyi, begitupun dengan yang lain.

"Kuy, kantin!" sahut Yuriva

"Kalian duluan aja, aku ada urusan bentar." kata Pelangi.

"Awas lo nyebur lagi di kolam!"

Pelangi terkekeh. "Yeh! Itukan nggak sengaja!"

"Yaudah, kita duluan ya, BYE!"

Pelangi tertawa melihat ketiga gadis yang terlihat saling menjahili itu bahkan sampai keluar dari kelas. Pelangi mengambil paperbag yang ia bawa bersama dengan kotak bekal yang berisi sandwich spesial yang kali ini ia terang-terangan membuatnya untuk Langit.

Tring.

Pelangi berhenti sejenak lalu mengambil handphone-nya dan melihat notifikasi yang masuk.

Altairlangit : Sorry soal kemarin, gue cuma bercanda, jangan dimasukin hati.

Pelangi menautkan kedua alisnya, apa maksud Langit? Walaupun sejujurnya ia sedikit terkejut namun Pelangi tetap melangkah menuju ke kelas Langit.

"Ario!" sahut Pelangi ketika melihat Ario baru saja keluar dari kelas.

"Eh, Pelangi? Kenapa?"

"Langitnya mana?" tanya Pelangi.

Ario menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Setau gue.. Langit tadi disuruh balikin buku ke perpus."

"Oh gitu ya? Yaudah, makasih ya."

You Are My Universe [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang