“Kehilangan bukan untuk jadi kelemahan tapi untuk jadi pelajaran bahwa waktu terlalu berharga untuk kita sia-siakan.”
🌈🌈🌈
•
•
•“BI, ayo pulang.”
“Sebentar Non.”
Saat hendak menuntun gadis kecil itu masuk ke dalam mobil, sebuah dering handphone terdengar yang membuat wanita paruh baya itu segera mengangkat telepon dari seseorang.
“Halo?”
Gadis kecil itu memainkan boneka barbienya sembari menunggu wanita yang ia panggil bibi itu selesai dengan urusannya. Rain mengedarkan pandangan ke halaman sekolah dan tak sengaja ia melihat dari kejuhan seorang perempuan yang juga tengah menatapnya.
Rain tersenyum sumringah, “Kakak—”
“Ayo Non!”
Tubuh gadis kecil itu segera di gendong masuk ke dalam mobil. Rain masih tersenyum melihat perempuan itu lewat kaca mobil sampai mobil itu membawanya pergi ke istana yang sebenarnya.
Rain duduk manis dengan tangan yang masih sibuk menata rambut Loly-nya namun ia berhenti ketika melihat tangan yang sudah hampir berkeriput itu sedikit gelisah.
Ia mendongak menatap wanita paruh baya yang memang terlihat khawatir dari raut wajahnya.
“Bibi, ada apa?” tanya Rain dengan wajah polos.
Bi Yuli menggeleng dengan tersenyum untuk menutupi kecemasannya. “Nggak papa, Non.”
Tak berselang lama mobil itu memasuki halaman luas sebuah rumah mewah bernunsa emas. Bi Yuli kembali menggendong Rain keluar dari mobil dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.
Pintu utama terbuka lebar yang mempersilahkan dua orang penting dirumah tersebut untuk masuk. Tepat disaat itu, terlihat semua Art, satpam maupun bodyguard yang ada dirumah berbaris di ruang utama dengan kepala yang ditundukkan.
“SAYA BERTANYA SIAPA YANG TERAKHIR MEMBERSIHKAN KAMAR SAYA?!” teriak seorang Pria yang menggelegar diseluruh sudut ruangan dan aura pun semakin mencengkram ketika tidak ada satupun yang berani mengangkat tangan.
“JAWAB SAYA!” Pria berkemeja itu berteriak namun posisinya santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
“S-saya Tuan.”
Semua orang menoleh ke arah seorang wanita yang berseragam sama dengan art yang lain mengangkat tangannya yang bergetar.
Pria itu mengeraskan rahangnya. “Kemari!”
Wanita itu dengan perlahan melangkah kedepan beberapa langkah, menundukkan kepalanya ketika posisinya sekarang berhadapan langsung dengan Sagara Alvaros.
Bertepatan dengan itu Langit datang dan melihat kejadian yang sudah biasa terjadi dengan tatapan datar dan kedua tangan yang ia sengaja masukkan ke dalam saku celana.
“Dimana kalung berharga yang berada di kamar saya?” ucapnya yang mencoba untuk menenangkan emosi.
“S-saya tidak tahu, Tuan.”
“Jawab yang jujur!”
Mata hitam pekat Langit menangkap sebuah benda berkilau yang tergeletak dilantai tak jauh dari posisi Pria itu berdiri.
“Maaf Tuan saya benar-benar tidak tahu..”
Gara menatap penuh amarah wanita di depannya ini. “TIDAK MUNGKIN KALUNG ITU HILANG SENDIRI TANPA ADA YANG MENYENTUHNYA!”
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Teen FictionSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...