PELANGI baru saja selesai dengan ritualnya di dalam kamar mandi, ia menguncir kuda rambutnya seperti biasa lalu berjalan memasuki dapur memikirkan apa yang akan ia masak untuk makan malam dirinya sendiri.Pelangi membuka kulkas dan manik mata birunya menatap seluruh isi lemari pendingin itu. Pelangi mengambil sebutir telur dan bahan yang lain. Sepertinya ia tahu apa yang akan dibuat untuk mengenyangkan perutnya.
Pelangi terus berkutat dengan masakkannya hingga selesai ia menyiapkan makanan itu ke dalam piring dengan sedikit hiasan yang memperindah penampilan makanan sederhana itu. Omelette spesial ala Pelangi.
Pelangi menyiapkan roti tawar dan susu untuk menjadi penutup makan malamnya. Setelah menghabiskan semua makanan yang ia masak sendiri, Pelangi berlalu ke kamar dengan membawa segelas susunya.
Ia duduk di kursi meja belajar, membuka buku sekolahnya dan segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya baru setelah itu lanjut memahami materi selanjutnya.
Entah kenapa Pelangi lebih fokus jika belajar pada malam hari, mungkin karena suasananya yang tenang ditambah lagi di temani dengan segelas susu?
Pelangi menetap segelas susu yang ada di hadapannya, segelas susu mengingatkannya pada seorang wanita yang selalu masuk ke kamarnya dan meletakkan segelas susu sebagai teman saat Pelangi sedang fokus belajar.
Ceklek.
Pintu bernuansa coklat itu terbuka menampilkan sosok seorang wanita dengan segelas susu ditangannya yang ia letakkan diatas meja belajar gadis yang kini menyadari kehadirannya.
"Ibu, seharusnya ibu tidur, Pelangi bisa sendiri kok." ucap Pelangi namun hanya dibalas senyuman hangat dari wanita itu.
"Kalo Pelangi bisa sendiri terus kapan lagi ibu bisa ngelakuinnya buat Pelangi?" Pelangi hanya tertawa lalu meminum segelas susu buatan ibunya itu.
"Lagi ngerjain tugas? Mau ibu bantu?" tanya Dina.
Pelangi menggeleng. "Enggak, Pelangi bisa sendiri kok." Detik selanjutnya Pelangi hanya menampakkan deretan giginya ketika mendapati gelengan kepala dari Dina.
Dina mengelus lembut rambut Pelangi. "Sendiri nggak papa, ibu tau Pelangi nggak suka ngebebani orang lain tapi minta tolong itu boleh, karena dasarnya kita juga masih butuh orang lain."
"Kalo gitu ibu tetep disamping Pelangi ya? Biar kalo nanti Pelangi nggak bisa, Pelangi bisa minta tolong Ibu."
Dina tersenyum. "Ibu nggak bisa janji, tapi ibu usahain." Dina ngambil tangan Pelangi dan meletakkan sesuatu disana.
Pelangi menautkan kedua alisnya menatap sepasang gantungan kunci dengan gambar raut wajah yang tersenyum dan tertawa.
"Pelangi tau nggak? Waktu Pelangi kecil nangis, Ibu bingung gimana caranya supaya Pelangi nggak nangis lagi, jadi ibu kasih gantungan kunci itu dan ternyata itu berhasil buat Pelangi ketawa."
Pelangi tersenyum. "Ini kan ada dua, boleh Pelangi kasih ke sahabat Pelangi?"
Dina mengangguk. "Lewat itu juga kamu akan menemukan sosok sahabat yang benar-benar sayang sama kamu."
Pelangi membuyarkan lamunannya, ia membuka laci meja dan mencari-cari benda yang sudah lama tidak ia jumpai itu. Pelangi berdiri dan beralih pada meja yang berada disamping tempat tidur, namun hasilnya nihil.
Pelangi menggigit bibir bawahnya hingga manik mata biru itu menangkap sebuah gantungan kunci yang tergantung di dinding bersama foto yang lain.Pelangi mengambil gantungan kunci dengan raut tertawa itu, dimana pasangannya yang tersenyum?
Pelangi kembali duduk di kursinya ia menatap lama gantungan kunci itu hingga ingatannya samar-samar menampakkan kejadian yang tidak terlalu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Universe [ Completed ]
Teen FictionSemesta selalu punya cara untuk menyatukan setiap makhluk bumi dan yang ditakdirkan bersama tidak akan pernah saling melewati. "Karena memang pada dasarnya Pelangi hanya ditakdirkan untuk Langit." Dia, bukan ketua geng ataupun anak nakal biasa, tapi...