Kendaraan itu melaju cepat, membelah hutan jarum di setiap sisi jalan, lampu mobil sebagai penerangan, mengisi malam yang sangat kelam.
Caden—si pengemudi bertatapan dingin, ia tetap fokus berkendara membelah jalanan di depan. Sementara penumpangnya adalah seorang remaja lelaki dan anak perempuan yang tengah tertidur lelap. Tiga jam lalu Caden mulai mengemudi, untuk menuju tempat tertinggal yang bertahun-tahun tidak lagi berpenghuni.
"Kita sudah tiba?" Bryan membuka suara setelah terbangun, ia menyadari kendaraan yang dinaiki telah berhenti di sebuah tempat tak dikenali. "Ini di mana, Paman?" tanyanya lagi pada Caden di bangku kemudi.
"Tunggu di sini," sahut Caden membuka seat belt. Lampu kendaraannya masih menyala, menyorot pada bangunan tua di depannya. Ia keluar dari kendaraan dan yang pertama Caden lakukan adalah memasuki bangunan tak terurus itu.
Bryan yang tinggal mengerjap pelan, sebab kantuk masih mengelilinginya. Mengusap wajah dan hendak beranjak, tapi terhalang sebab ada kepala seseorang di pangkuannya. "Quin, bangun." ujarnya serak tapi si Larimma tak juga bangun. "Quin!" panggilnya lagi cukup keras, dan ia cubit pipi Quin demi menyadarkan.
"Hentikan, Bryan!"
"Kakiku keram, menyingkir!"
Mau tak mau Quin terduduk juga, membuat Bryan segera meluruskan tubuhnya.
"Hmn... kita ada di mana?" tanya Quin segera mengedar pandangan sambil menguap, tapi netra hijaunya hanya menangkap pemandangan kelam. "Ya ampun... apa itu ... rumah hantu?" kali ini lirikannya terpusat pada bangunan di depan, tak ada cahaya dari bangunan, hanya ada sorot lampu mobil membuat Quin bergidik ngeri. "Bryan, ayo kita kembali!"
"Menurutmu bagaimana cara kita kembali?" seru Bryan berdecak ringan. "Kita sedang diculik, Quin."
Quin langsung terdiam, mulai mencebik.
Ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu ketika lelaki yang biasa ia panggil Paman besar itu tiba-tiba ingin membawa Bryan pergi. Saat itu Quin sedang bersama Bryan karena ingin meminta penjelasan atas kebohongan tentang nyonya Jamond. Ternyata yang Quin anggap sebagai Nyonya Jamond selama ini adalah adik dari Nyonya Jamond sendiri. Bryan sialan!
Dan setelah pertikaian kecilnya itu, Caden datang memaksa Bryan pergi, tetapi Quin yang tidak membiarkan lantas ikut memasuki kendaraan lelaki itu.
"Bryan,"
"Hm,"
"Paman besar ada di mana?"
"Itu, di sana," kediknya pada bangunan tua. "Paman masuk ke dalam." Bryan menyandarkan tubuh dengan nyaman, kedua tangannya disampirkan di belakang kepala, ia menatap di kejauhan sana, dan Bryan mulai menilai kondisi yang tengah ada.
"Bryan,"
"Hm, kenapa lagi?"
"Kalau dia ada di dalam sana, kenapa kita tidak pergi dari sini? Ini kesempatan."
"Kenapa juga aku harus pergi?" Bryan terkekeh menjengkelkan, "Lihat, sekeliling kita hanya ada pohon pohon, Quin. Tak ada penerangan, dan bangunan yang ada hanya rumah itu saja," lalu ia menggeleng kencang. "Kalau kau mau pergi, pergi saja sendiri. Aku lebih baik di sini."
"Kau ternyata tidak tau berterima kasih!" sebal Quin bersungut.
"Untuk apa berterima kasih?"
"Aku ikut pergi bersamamu dan mengorbankan diriku sendiri!"
"Justru kau di sini tidak akan membantu karena kau akan merepotkan," decaknya pelan. Bryan hendak kembali tidur hingga menutup kedua netranya, tapi dalam kesunyian tiba-tiba ia menyadari satu hal. Membuka matanya lagi, kemudian ia melirik Quin dengan seksama. "Tidak, sepertinya kau akan berguna ...." gumamnya merubah pikiran. "Sebenarnya aku ragu kita sedang diculik atau tidak, apalagi dengan membawamu, aku jadi ragu tujuan Paman Caden sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomanceBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...
![Summer On You [END]](https://img.wattpad.com/cover/269066018-64-k396461.jpg)