SOY : Part 28 (Feeling Blue)

38 6 0
                                        

Pagi yang cerah.

Bryan membuka pintu balkon yang dimasuki udara segar, hingga rasa dingin menyerang celah lebar yang terbuka di apartemen kala itu. Langitnya biru, dengan sedikit awan menghiasi, dan sinar mentari pagi itu menampakkan senyumnya.

Mendongakkan pandangan ke bawah, dari lantai enam belas Bryan melihat lalu lalang pejalan kaki. Mereka yang lebih memilih menjelajahi trotoar, ada juga yang bersepeda, lalu ada juga yang hanya duduk di luar cafe sembari menikmati secangkir kopi. Kebiasaan yang tidak pernah berubah selama ia berada di Apartemen Aunty-nya.

Namun, kebiasaan di luar tak sama dengan kebiasaan yang terjadi di dalam.

Hari ini sungguh berbeda.

Membalik tubuh, ruangan lantai dua yang cukup luas kini Bryan tatap. Biasanya, sekitar jam delapan pagi ruangan itu diisi Aunty nya yang beraktifitas di atas treadmill. Aunty nya akan berlari sambil mendengarkan sesuatu dari earpod, lalu dilanjutkan dengan sarapan di meja makan. Aunty nya itu sangat rajin berolahraga, tubuhnya sehat dengan abs yang tak kan luntur dari perut. Dan tak seperti pagi biasanya, sejak semalam Bryan dapati sang Aunty meraung sejadi jadinya. Ya, sejak semalam!

"Kau sudah bangun?"

Dengan penampilan layaknya petinju yang selesai bertanding, Ohana dengan wajah bengkak membuka pintu kamar. Ia menyapa Bryan yang langsung membalasnya dengan dengusan. "Kau kenapa?" Ohana menyerngit, tapi langkahnya berjalan turun ke lantai bawah.

Bryan yang ditanya hanya diam saja. Ia sangat menyadari jika wajah bengkak itu akibat menangis semalaman. Tetapi Aunty nya tidak menyadari wajah Bryan tak kalah kusam.

Bryan bersumpah juga tak dapat tidur nyenyak. Sebab suara raungan tak bisa dilawan meski kedua telinganya tersumpal bantai. Bryan bukannya tak mencoba mendatangi kamar Ohana, meminta Aunty nya berhenti atau ingin mencurahkan Bryan akan mendengarkan. Namun lagi lagi kebaikannya takkan dianggap. Jangankan mereda, Ohana lantas gila hampir menyerangnya seperti singa kelaparan!

"Sepertinya aku terserang insomnia." Bryan masuk tanpa menutup pintu balkon, ia ikuti langkah Ohana yang menuju ke arah dapur. "Aku tertidur tiga jam yang lalu, dan terbangun dua jam kemudian."

"Kenapa?"

"Aunty, lupa ingatan rupanya."

Tangan Ohana terhenti, teko di tangan menggantung di udara.

Ohana berpikir sejenak maksud keponakannya dan saat menyadari kejadian semalam, ia berdehem canggung. "Tidurlah lagi, jika masih mengantuk."

"Aku ingin seperti itu, tapi akan jadi trauma jika terbangun lagi."

"Aku tidak akan menganggumu!"

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Bryan lantas bertanya, ia buka lemari demi mengambil satu potong roti besar.

"Tidak terjadi apa apa."

"Jangan berbohong, Aunty tidak cocok."

Ohana mendengus. "Jangan memancingku. Tidak akan ada drama pagi untukmu."

Bryan tak lagi memaksa. Ia kembali duduk di kursi, mengambil pisau, lalu mulai memotong roti beberapa bagian. Sebenarnya ia tak terlalu suka sarapan dengan roti. Ia tak terlalu suka rasanya. Tetapi hari ini ia cukup malas bergerak karena kekurangan tidur.

Dengusan Ohana kembali terdengar. Ia kembali menuangkan air dari tekonya lagi, mendudukkan diri lalu menyesap minumannya. Bryan juga memulai sarapan paginya.

"Beberapa hari lagi aku akan kembali ke Rouland." Bryan membuka suara ditengah kunyahan. "Kuharap Aunty tidak kesepian," ujarnya mendapat anggukan singkat. "Tapi jika Aunty merindukanku, aku bisa langsung kemari. Kakek tidak akan menghalangiku."

Summer On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang