Tiga jam sebelumnya...
"Tunggu, Bee! Kubilang, berhenti!!"
Teriakan Quin sekali lagi terdengar. Memanggil Bryan yang berjarak sepuluh langkah di depannya.
Tetapi Bryan hanya membalik tubuh, sambil menatap si Larimma dengan langkah terhela mundur ke belakang. Quin—Si Larimma kini terlihat sulit, terseok seok akan langkahnya sendiri. Sepatu talinya bahkan bercampur lumpur pekat, apalagi rambut coklat panjangnya yang tadi terjalin rapi tak lagi berbentuk.
Uh, Bryan kira si Larimma bisa dibawa bersenang senang. Dimana awalnya mereka menuruni kendaraan yang tiba-tiba mati mesin. Karena Bryan melihat adanya peluang untuk mencoba kegiatan baru, maka ia pun mengajak Quin mengitari taman tanpa kendaraan. Memang cukup berbahaya, tapi Bryan suka.
Namun kesenangan itu tak berlangsung lama saat Quin menyadari ke mana arah tujuan mereka. Lalu Quin mulai berteriak, dan menggumamkan seruan menjijikkan hanya karena melihat binatang. Dan itu benar benar menyebalkan!
"Kau mau membawaku ke mana lagi?!"
Quin berteriak, sedang Bryan mendengus.
"Binatangnya semakin banyak!" sahutnya lagi sembari menghentak kaki keras.
"Berhenti, Bee! Aku tidak mau berjalan lagi!"
Kali ini Quin berhenti. Langkah Bryan ikut terhenti.
Namun Bryan tetap mempertahankan posisi, sambil menatap si Larimma dengan kerutan di dahi.
"Apa kau tidak pernah ke taman safari?"
"Aku tidak se kuno itu, Bee. Tentu aku pernah ke sini!" balasnya masam. Tetapi pengalaman yang Quin punya tidak sama dengan apa yang ia lakukan hari ini. Saat berada di kendaraan tadi, Quin tak sengaja tertidur sejenak. Ia juga tak terlalu suka binatang karena itu ia biarkan Bryan melihatnya sendiri. Dan saat Bryan membangunkannya Quin pikir mereka sudah selesai berkendara. Namun ternyata, Bryan membawanya menuruni kendaraan untuk mengitari taman diam diam. Quin yang baru bangun belum menyadarinya.
"Aku sungguh menyesal mengikutimu!"
"Aku tidak memaksamu untuk ikut."
"Tapi kau yang memintaku untuk ikut, Bee!"
Bryan berdecak, membuang pandangan. Ia menggertakkan gigi kesal, karena Bryan ikut menyesal membawa Larimma membosankan itu berjalan kaki.
Dan kini ada lagi permasalahan yang muncul. Yakni, untuk kembali Bryan sedikit tak ingat jalan pulang. Larimma itu sejak tadi berteriak memecah konsentrasinya. Untung saja mereka hanya memasuki kawasan hewan yang tak berbahaya. Hanya ada gajah, jerapah, yang sedikit riskan mungkin kawasan kudanil yang tengah mengandung. Quin tadi bahkan terperosok ke dalam sungai sebab mencuci tangannya yang terkena sedikit noda. Namun nahas, setengah tubuhnya lantas terjebur ke dalamnya.
"Lepaskan sepatumu!"
Berjalan mendekat, Bryan hembuskan napas panjang agar sabar menghadapi Quin. Si Larimma sedang dalam mode menyebalkan cukup parah. Yah, meski penyebabnya karena Bryan juga.
"Lepaskan sepatumu, Quin!" perintahnya lebih keras.
"Untuk apa?"
"Kita akan lama sampai tujuan jika kau terus memakai sepatu itu. Dan juga..." Melirik ke arah pakaian Quin, lalu secepat pikirannya Bryan merealisasikan.
"Apa yang kau lakukan?!" pekik Quin seketika murka.
Namun Bryan diam saja saat tangannya terus bekerja.
Dengan posisi setengah berlutut, ia merobek dress putih—yang tak lagi putih—sebetis Larimma itu. Bryan membuang bagian bawahnya hingga menyisakan bagian lutut ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomanceBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...
![Summer On You [END]](https://img.wattpad.com/cover/269066018-64-k396461.jpg)