Ketentramannya mulai terganggu. Mengusik si penghuni kamar yang terlelap nyenyak. Silauan cahaya terasa menyengat, karena tak dapat ditahan oleh kaca hingga menembus ke tengah ruang.
Entah siapa yang harus disalahkan. Si penghuni kamar yang lupa menutup tirai saat malam menjelang, atau letak posisi kamar yang menghadap tepat ke arah timur. Namun, Sinar mentari pagi ini membuat Caden menyerah untuk segera beranjak bangun.
Hah...
Ia menyugar rambutnya yang acak-acakan.
Lalu selimutnya tersibak, tak lagi menutupi tubuhnya yang polos. Caden segera meraih celananya dan memakainya. Kemudian, ia terduduk di sudut ranjang karena tertarik pada notifikasi yang muncul dari nomor baru.
Paman, aku tidak mengerti bagaimana cara membuat sup seperti saranmu. Kami juga tidak memiliki pembantu. Apa kau bisa datang membantuku?
Menaikkan kedua alis menatap pesan itu, Caden menggaruk kepala belakangnya yang terasa gatal. Sembari memikirkan siapa yang kini memanggilnya dengan sebutan 'paman' hingga mengiriminya pesan.
Well... Ia belum terlalu sadar untuk menghadapi dunia.
Maka otaknya masih harus memerlukan waktu untuk bekerja.
Siapa? balasnya mengetik cepat.
"Kau sedang apa?"
Menangkap suara lembut khas bangun tidur yang mengalun di belakang tubuhnya, membuat Caden menoleh. Suara itu berasal dari sosok wanita dengan netra yang tak sanggup untuk membuka. Melihat bagaimana penampilan wanita itu, sontak Caden mendesah. Namun ia tetap mendekatkan tubuh, kemudian Caden raup bibir manis yang masih membengkak akibat ulahnya semalam.
"Aku masih mengantuk, jangan menggodaku ...."
"Siapa yang menggoda," kilah Caden cepat. "Kau yang lebih dulu memanggilku, Em."
Wanita yang bernama Emma itu tergelak. "Tetapi kau yang lebih dulu memanggilku kemari semalam. Kau lupa?"
Tak jadi mengantuk karena matanya terbuka sempurna, Emma terduduk menarik selimutnya erat menutupi tubuhnya hingga batas dada. "Aku pikir, akan ada drama siang nanti," serunya dengan nada sindiran. "Seperti kau pergi tanpa berucap meninggalkanku di kamar ini, dan aku panik mencarimu ke mana-mana."
"Kapan aku meninggalkanmu seperti itu?" Caden menangkap sindiran itu. Namun alih alih mengakui perbuatannya dulu, ia pura-pura tak ingat. "Seingatku aku selalu menunggumu bangun, setelah itu baru pergi. Aku tidak pernah melakukan itu."
"Oh! Masih mengelak rupanya...." decih Emma memutar bola matanya jengah. "Saat kita menghabiskan malam kau memang selalu menungguku bangun. Tetapi, tidak dengan kejadian tiga belas tahun yang lalu."
Kali ini Caden bungkam.
Pernyataan itu, membuatnya teringat tentang semalam.
William Jamond–Sosok yang Caden tunggu rupanya tak datang. Kamar untuk pertemuan sudah ia datangi. Caden menunggu, hingga tengah malam ia baru sadar telah dipermainkan. Dan entah mengapa nomor Emma yang masih tersimpan di ponselnya ia hubungi, dan rupanya wanita itu belum mengganti nomornya. Hingga setibanya wanita itu di hotel, yang pertama ditanyakan Emma adalah ke mana Caden selama ini?
Yah ... tidak heran wanita itu mempertanyakan keadaan tiba-tiba ini.
Caden yang menghubungi setelah mereka tak bertemu selama tiga belas tahun. Lalu akibat terbawa suasana dan pengalaman yang telah lama, ia dan Emma akhirnya menghabiskan malam bersama.
"Pertanyaan lain saja, Em," elaknya tetap enggan menjawab.
"Aku sungguh penasaran! tiga belas tahun kita tidak bertemu, aku terkejut kau tiba-tiba menghubungiku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomanceBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...
![Summer On You [END]](https://img.wattpad.com/cover/269066018-64-k396461.jpg)