Ohana memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya dengan gerakan tidak anggun.
Tentu, itu disebabkan karena ia lebih suka makan di tempat biasa dibanding restoran berbintang Michelin.
Entah ini sogokan atau apapun namanya, Bryan lah yang meminta datang. Hingga Ohana sedikit berdandan serta berpakaian lebih formal. Saat ini ia dan Bryan sedang berada di salah satu restoran termahal di kota South Bay.
Jujur saja...dibanding Vivian yang suka menghamburkan uang milik suaminya, Ohana lebih memilih kehidupan yang sederhana. Ia berkarir di militer tentu tidak akan memiliki gaji yang tinggi, tapi penghasilannya lebih dari cukup untuk kebutuhannya sehari hari. Apalagi ia seorang wanita single yang bebas, dan tak memiliki pengeluaran banyak.
"Usianya 9 tahun, Aunty. Aku sendiri yang memilihnya malam ini."
Bryan di seberang mengedik pada botol yang kini Ohana pegang. Membuat Ohana tersenyum sekilas, sembari memutar gelasnya di tangan. Ohana belum meneguk cairannya, sebab tengah menikmati alunan lagu yang kini didendangkan. Warna merah wine yang tadi tertuang dalam gelas ia tatap. Sejujurnya, ia pun tak sabar menyesap isi cairan itu.
"Well, kau benar..." Lalu Ohana layangkan senyum manis untuk Bryan sebelum menyesap cairan merah itu secara perlahan. "Untuk ini aku percaya padamu." Rasa cairan itu lembut, namun membakar di lidahnya. Ia bukanlah pecandu alkohol, tapi menyesap rasa ini ingin sekali Ohana melahap semua. Ditambah dengan rasa ini bisa membuatnya sejenak hilang kesadaran, akan segala kekosongan yang tersimpan di dalam hatinya.
"Kau mau, Bryan?"
"Usiaku belum cukup, Aunty... "
Ohana berdecih, gelasnya sejenak ia sampirkan di atas meja. Ia menatap keponakannya dengan pendar tak percaya. "Kali ini kata katamu tidak bisa dipegang," ujarnya sambil melirik skeptis. "Aku yakin, kau pernah mencobanya. Gudang anggur di kediaman Jamond tidak akan sulit kau tembus." Lalu ia kembali mengangkat gelasnya, menyesap perlahan anggur merah. Sementara Bryan diam tak membantahnya.
"Kau tahu apa yang pernah Vivian katakan padaku?" Ohana menyambung kata-kata dengan senyum miring. "Vivian pernah bilang, dia akan mencari calon pasangan terbaik untukmu. Anak baik baik dari keluarga terpandang. Bukankah, itu merujuk pada LuenQuin Roseanne Larimma?" tambahnya dengan tujuan menggoda Bryan lagi, mengungkit perihal lama karena Ohana tak ingin menyiakan kesempatan.
Kapan lagi waktu yang ia punya untuk mengganggu keponakannya itu?
"Jangan menyindirku terus, Aunty. Setelah kuceritakan apa yang dilakukannya, Aunty masih menganggapnya baik?"
"Dia salah, tapi kau juga bajingan kecil. Aku jadi memakluminya."
Bryan mendengus samar. "Aku kecewa Aunty lebih membelanya."
"Kalian itu sebenarnya sama saja," seru Ohana sembari mengedikkan bahu. "Di depan semua orang terlihat innocent tak bercela, tapi masih kecil sudah begini tingkahnya! Tapi ... tiba-tiba aku bisa melihat masa depanmu dengannya. Jodoh itu teruntuk pada sepasang yang mirip, Bryan."
Bryan yang tengah memotong daging di piring, menghentikan sejenak tindakannya. Ia tatap Ohana dengan wajah heran. "Jadi menurut Aunty kami mirip?"
"Ya, kau dengannya mirip."
Anggukan Ohana seakan menegaskan jawaban. Ia ingin menggoda semakin jauh. Tatapannya terlihat menerawang seperti ada gambaran terpeta di depan sana. Seakan kehidupan Bryan selanjutnya bisa Ohana baca. "Ah...aku bisa memprediksi kebebasan kecil yang dimiliki Samuel Bryan Jamond, berakhir tak bersisa. Padahal, kau sangat sulit mendapat kebebasan kecil itu. Tapi mau bagaimana lagi, kehidupanmu berubah semakin membosankan, karena kau akan menjadi pasangan seorang gadis posesif, pengatur, dan keponakanku ini semakin terkekang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomanceBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...
![Summer On You [END]](https://img.wattpad.com/cover/269066018-64-k396461.jpg)