SOY : Part 19 (Tak Terkendali)

48 4 2
                                        

Entah apa yang ia pikirkan, bahkan Ohana tak mengerti dengan dirinya sendiri. Tubuhnya seakan bukan miliknya lagi, tak bisa dikontrol, dan tak mengerti apa yang sedang ia lakukan?

Kakinya terus bergerak ke sana kemari seperti tak ada tuas yang menghentikan. Sedang tangannya begitu lihai memotong bahan dapur yang berminggu-minggu belum pernah ia sentuh.

Oh! katakanlah ia mulai tak waras, karena Ohana tengah memasak untuk lelaki yang tak pernah menepati janji.

"Sepertinya Paman memiliki waktu luang, ya..."

Suara Bryan mengaum seperti peringatan, membuat Ohana terkesiap mencoba menghilangkan raut risih yang kentara.

Ya, sejak kepulangannya bersama Caden, keponakannya itu terus saja memberikan tatapan menyelidik. Tetapi Ohana ikut memberikan tatapan tajam untuk membalasnya. Uh jika saja Caden tidak ada di sini, ia akan menjadikan Bryan menu makan siang kali ini.

"Sedang tidak banyak yang datang ke klinik, tidak masalah kan aku di sini?"

"Tentu, tapi apa kalian sudah berbaikan?"

Tangan Ohana seketika berhenti bergerak.

"Aku dan Mommymu tidak pernah bertengkar, Bryan."

"Mommy? dia kan—"

"Bryan, bantu Mommy!" Ohana menyela cepat sebelum Bryan melanjutkan kata. Ia menekan kata Mommy membuat Bryan menaikkan sebelah alisnya. Ohana tahu Bryan mengerti, hingga keponakannya itu hampir menyemburkan tawa saat itu juga.

"Kau membutuhkan apa, Mom–my?" sahut Bryan mendekatinya.

"Aku membutuhkan bantuanmu, putraku yang tampan!"

Oh tuhan... ingin sekali Ohana melarikan diri!

Bryan kini memandangnya takjub dan ia tahu telah masuk ke dalam permainan. Ohana sejenak melirik Caden yang tengah memperhatikan, maka terpaksalah ia mengurungkan niat mengatakan sesuatu. Belum saatnya, karena sandiwara ini harus terus berlanjut.

"Cuci buahnya!" perintahnya. Tak banyak bertingkah, Bryan mengangguk melakukan apa yang diperintahkan.

Well... Ohana cukup pintar memasak. Bahkan saat di militer dan dalam misi, ia yang membantu mempersiapkan makanan untuk teman temannya. Namun, makanan itu sederhana, yang praktis dan mudah dibuat. Kondisi tempat, cuaca, dan medan tentu tak mengharuskannya memasak sempurna. Dan entah mengapa, sejak Caden ingin bergabung makan siang Ohana tidak lagi berpikir untuk mengeluarkan semua belanjaan yang Vivian berikan, sangat berguna, dan ia akan berterimakasih pada kakaknya nanti.

"Mengapa Aunty tiba tiba rajin memasak? Padahal selama ini tidak pernah memasakkanku makanan."

Ohana terkejut Bryan sudah ada di sampingnya lagi. Refleks menatap ke arah Caden, ia seketika lega karena lelaki itu sedang fokus menatap televisi dengan gawai di telinga. Caden sedang menerima panggilan, suara mereka tak akan terdengar jika berbicara pelan.

"Apa Aunty sedang sakit, atau... kerasukan?" Bryan kembali berbisik, tak lupa dengan tatapan aneh yang dilayangkan.

"Menyingkirlah! Kerjakan saja tugasmu!"

"Aku sudah selesai." Bryan meletakkan buah buahan yang sudah dicuci dekat Ohana. "Apa Aunty membutuhkan bantuanku lagi? Aku akan melakukannya, Aunty... Jangan segan menyuruhku, Aunty. Atau Aunty butuh–aww!"

Pekikan Bryan terdengar cukup keras. Caden yang sedang fokus mengalihkan pandangan. "Ada apa?"

"Tidak ada apa apa, Paman, aku hanya sedikit terkejut."

Dan setelah Caden kembali pada posisi semula, Ohana menyikut Bryan sekaligus menunjukkan kepalan tangannya.

"Mulai sekarang, panggil aku mommy di hadapannya."

Summer On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang