SOY : Part 2 (Pemuda Olimpiade)

80 10 0
                                        

South Bay, Vallebourgh

Saat pintu terbuka, hanya kesunyian gelap yang mengelilingi seluruh ruangan.

Langkah gontai Ohana perlahan menuju ke suatu arah, dimana tempat yang kini ia pijaki merupakan apartemen miliknya yang berada di lantai enam belas. Sepatu bertumitnya berbunyi menggema, dan tanpa perlu melirik sekitar Ohana terus berjalan menuju kamarnya hingga membaringkan diri di atas tempat tidur.

Hah... Akhirnya acara pernikahan itu selesai juga.

Ohana sangat bersyukur telah melewatinya, karena tadi merupakan hari yang berat. Dimulai sejak siang ia telah bekerja keras menolak ibunya tapi percuma, hingga akhirnya ia terpaksa pergi ke salon demi merias diri, lalu menghadiri acaranya. Lalu di tempat acara Ohana akui itu adalah ujian paling sulit dihadapi. Yang pertama adalah menghadapi sosok Joanna yang bersikap menyebalkan, kemudian ada Vivian yang tak peka, dan ada ibunya juga yang selalu mengkhawatirkannya. Ditambah dengan keengganan Ohana bertemu dengan si empunya pesta, namun, ia tetap harus bertatap muka untuk mengucapkan selamat berbahagia meski sang bride memberikan tatapan sinis untuknya.

Ck, kenapa ia harus mengalami hal ini?

Ia harus ke sana kemari dan baru kembali saat waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Acara tadi tentu dilakukan di kediaman utama Jamond di Rouland, hingga butuh hampir tiga jam bagi Ohana untuk kembali ke kediamannya di SouthBay. Ya, semakin buruknya ia tidak ingin menginap di mana pun selain rumahnya. Kedua orang tuanya bahkan Vivian menyarankan tinggal bersama tetapi Ohana menolak.

Mulai mencoba mengistirahatkan mata, untuk segera memanggil kantuk agar mendera, tapi entah mengapa netra hazelnya kembali terbuka. Kata kata Joanna lantas tersangkut di ingatannya.

"Mengharapkan hanya seorang pemuda tidak lah baik. Lelaki tidak hanya satu di dunia ini."

Ah... Wanita sialan itu!

Ck! Joanna memang sangat pintar memberi ejekan.

"Delapan tahun masih menunggunya, Kau tidak bosan?"

Menurutmu hanya delapan tahun? Cih, tentu saja tidak!

"Oh, Ohana...aku takut kau menunggu dengan sia sia."

Untuk perkataan Joanna yang satu itu, barulah Ohana setuju.

Ya, sia sia. Kata yang tepat ditujukan pada dirinya.

Ohana tidak tahu apakah sudah menyerah atau belum? Sejujurnya, bukan selama delapan tahun, tapi tiga belas tahun sudah jarak perpisahannya. Dan lelaki yang ia tunggu itu sekalipun tidak pernah muncul!

Ah sialan!

Kenapa mengingatkannya pada sosok itu lagi?

Dasar Joanna sialan! Lelaki itu juga lebih sialan!

Menghembuskan napas panjang, Ohana tiba-tiba kembali duduk. Ia mengurungkan diri untuk mengutuk dan lebih memilih mengambil bantal yang sejak pagi kemarin tak tersentuh, lalu dengan kasar tangannya memukul bantal itu karena geram. Gerakannya tak beraturan dan serampangan. Kesalnya pada Joanna berubah arah pada sosok yang sudah menghilang bagaikan tak pernah ada.

Uh lelaki sialan itu

Ck siapa ya namanya?

Sepertinya Ohana sudah lupa.

Baguslah...ia tak perlu mengingatnya juga.

Untuk apa mengingat lelaki sialan yang mengingkari janjinya?

Tapi dibanding dirinya yang tengah berjalan di arah tujuan move on, semua orang rupanya masih mengingat kisah itu.

Itu kisah yang awalnya dibuka oleh bibir Vivian yang tak mau tertutup. Akhirnya Ohana terpaksa ikut menceritakan sebab itu alasan yang tepat untuk menolak Damien kala itu. Dan mereka semua memanggilnya si Pemuda Olimpiade karena tak tahu nama aslinya. Ohana mengarang, tentu saja. Ia tak akan pernah menceritakan kisah aslinya dan menutupi identitas sang lelaki. Kisah yang ia ceritakan seperti roman picisan yang biasa ditemukan di novel karangan. Seperti pertemuannya yang bagaikan takdir dengan si pemuda sewaktu Olimpiade musim panas, lalu mereka menghabiskan hari bersama selama pertandingan, hingga mengucap janji akan bertemu di kemudian hari.

Namun, itu semua hanyalah karangan!

Di Spennia, kejadian yang sebenarnya delapan tahun lalu.

Itu merupakan salah satu negara berkembang di daratan benua tengah yang sedang mengadakan Olimpiade musim panas.

Ohana berangkat dengan izin cuti tapi bukannya untuk bersenang senang menikmati olimpiade, melainkan tujuan aslinya adalah mencari si pemuda yang dulu pernah ia jumpai di Samola tiga belas tahun lalu.

Ohana berpikiran positif. Mungkin lelaki itu tidak menepati janjinya karena suatu hal. Dan sesampainya ia di tempat itu, dengan berbekal nama dan universitas tempat lelaki itu belajar, Ohana tak menunggu lagi mencari hingga berhasil mengantongi alamat si pemuda.

Tapi tahu apa yang Ohana temukan kemudian?

Lelaki yang tiga belas tahun lalu memberinya janji—tapi lelaki itu pula yang tak menepati, ternyata sudah meninggalkan Spennia!

Sekembalinya lelaki itu dari Samola tiga belas tahun lalu, sebulan selanjutnya adalah hari terakhirnya menginjakkan kaki di Spennia dan tidak ada tanda dia kembali, kamarnya saja tidak ditempati lagi selama lima tahun.

Jadi, ke mana lelaki itu?

Entahlah, Ohana juga tidak tahu.

Namun yang pasti, ia hanya berharap suatu hari dipertemukan kembali, tangannya yang melayang harus mendarat di wajah tampannya.

Oh tidak...

Sejujurnya diingatkan kembali akan orang itu membuat Ohana kesal bukan main. Tindakan Joanna yang membalas dengan menyinggungnya membuat ingatan lama kembali muncul. Padahal ia sudah berniat untuk melupakan, nama lelaki itu saja perlahan mulai terhapus di benaknya.

Mencoba kembali berbaring hingga memejamkan mata, tetapi gawainya tiba-tiba bergetar. Melirik sejenak rupanya ada pesan masuk dari Vivian. Ck, apalagi ini?

Kau sudah tiba?
Kurasa sudah
Tapi belum tidur 'kan?
Besok aku ke sana, berbelanja untukmu.

Empat baris pesan yang menyebalkan. Satu baris terakhir membuat Ohana mengerti inti tujuannya.

Bukannya dia mengikuti summer camp?

Ohana membalas mengetik cepat, dan balasan Vivian datang tak kalah cepat.

Kesayanganku baru membatalkannya. Jadi besok kami ke tempatmu. Kumohon tolong jaga kesayanganku itu....

Baiklah tapi jangan datang sebelum siang. Aku bangun terlambat!

Seketika membuang ponselnya, ia juga kembali meremukkan bantal yang sudah kusut. Ohana menggeram panjang. Haha... Vivian, saudarinya itu memang tidak pernah tahu waktu yang tepat.

Yeah... Hari hari yang merepotkan itu akan datang kembali.

***

Summer On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang