07. Prioritas

479 80 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Hah? Masa iya? Gila aja kamu terlalu ngegas." Mina mengubah posisinya yang semula menyandar pada punggung kursi jadi tegak, satu tangannya berada di atas meja karena sempat di gebrak sama dia saking kagetnya.

"Bukan aku yang ngegas, Bunda sama Dad sendiri yang tiba-tiba bilang udah nyampe Bandung dan nyewa satu hotel buat malam ini doang. Aku juga kaget, Babe." kata Mark dari balik telpon sana terdengar sedikit panik.

"Itu artinya malam ini kita adain pertemuan?" tanya Mina lalu mendesah frustasi.

Mark berdehem kecil, "Dad yang minta untuk malam ini secepatnya, besok dia pagi-pagi balik Jakarta buat meeting proyek baru. Sengaja banget katanya mendadak gini, mulai besok Dad sibuk banget sama kerjaannya."

"Gitu ya," gumam Mina dengan suara yang pelan, "Ya udah deh, kamu jemput aku sekarang bisa? Aku coba izin pulang cepet, aku juga butuh waktu buat siapin mental, ini pertama kalinya aku ketemu orang tua kamu." katanya meminta.

Iya juga, dulu pas pacaran Mark gak pernah sempat bawa Mina ke rumah padahal kedua orang tuanya udah minta gak cuma sekali dua kali.

"Oke. Aku bawa mobil Lucas ya." ucap Mark lalu dibalas deheman kecil Mina, "Nanti jangan keluar ruangan, biar aku yang nyamperin ke dalem."

"Emang tau dimana ruangan aku?"

"Mulut ada dicipta buat bicara Mina, aku bisa tanya sama perawat nanti. Aku nggak mau buat kamu jadi merasa terburu-buru, jadi diem aja di ruangan ya biar aku yang samperin." jawab Mark.

"Iya."

"Ya udah, tunggu ya sebentar. Kalau lama buka hape aja belanja online, biar aku yang check out nanti."

"Dih?"

"Serius. Dah ah, aku siap-siap dulu. Maaf aku tutup duluan telponnya, Babe. Dadah."

Sambungan terputus setelah Mark bilang gitu. Mina langsung kayak pengen banting hape karena ucapan Mark, tiba-tiba ilang rasa gugup mau ketemu calon mertua gara-gara Mark izin nutup telpon doang ngomongnya manis banget.

Kenapa makin romantis aja sih cowok bule itu? Mina kan lemah.

Tak ingin berlama-lama ambyar, Mina beranjak keluar ruangannya untuk menemui atasan bilang kalau dia izin pulang duluan dan minta orang lain untuk berganti shift dengannya. Ah, kalau gini sih mau nggak mau Mina bakal dapat shift malam lagi.

Habis izin, Mina kembali ke ruangannya dan beres-beres. Abis gitu duduk buka hape geser-geser beranda. Ternyata berusaha tenang itu susah.

Mina mencoba tak terlihat panik sekarang, sok mainin hape tapi pikiran melayang kemana-mana. Banyak ketakutan yang Mina rasakan, Mina takut orang tua Mark gak begitu terlalu menerima Mina.

[2] Boyfriend: Our Final EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang