[completed]
"Kamu percaya nggak, perpisahan awal yang menyakitkan itu adalah ujian sebelum kita dipertemukan lagi dengan kebahagiaan? Kalau aku sih percaya, buktinya kita bertemu lagi."
"Nggak usah banyak berharap, percuma bertemu lagi kalau masing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketukan pintu membuat Mark menoleh ke arah pintu, cowok itu langsung mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk. Lalu sosok Arin sang sekretaris muncul dengan beberapa berkas di pelukannya menghampiri meja Mark.
Cowok bule itu mendesah berat, sejenak Mark menyandar ke punggung kursinya lalu memijit pelan pangkal hidungnya. Kepalanya berdenyut, sedikit pusing. Lagi kayak gini rasa-rasanya Mark jadi kangen Mina, pengen pulang.
"Ini berkas-berkas terakhir atau masih ada lagi yang harus saya tanda tanganin?" tanya Mark pada Arin yang sedang menyimpan beberapa berkas di bawanya ke atas meja Mark, cowok itu menariknya lalu membuka berkasnya satu persatu dan membacanya.
"Lumayan Pak, masih ada beberapa berkas yang masih saya revisi sih. Kemarin banyak banget laporan yang Bapak kasih ke saya buat di revisi, jadi sedikit numpuk gitu Pak." jawab Arin sambil tersenyum tipis.
Mark mengangguk paham, "Kamu bisa lembur? Kita beresin semuanya hari ini." katanya bertanya sambil mengangkat wajah menatap Arin dengan sebelah alis yang terangkat.
"Bisa Pak, tapi mungkin bakalan selesai larut, Pak Mark nggak papa kalau harus pulang kemaleman?" kata Arin sambil mengerjap kecil.
Yang ditanya diam, sebenarnya Mark nggak mau pulang larut. Mina gimana di rumah? Mark nggak mungkin membiarkan cewek itu sendirian di rumah, tapi Mark harus lembur agar kerjaannya selesai malam ini juga.
Cowok bule itu menghela nafasnya lalu mengangguk untuk Arin, "Kamu balik lagi aja ke meja kamu. Oh iya, sekarang kan udah waktunya pulang, kamu istirahat dulu aja jangan langsung kejar deadline. Dibawa santai aja." katanya berpesan sambil tersenyum tipis.
"Oke Pak, kalau gitu saya permisi." pamit Arin berjalan keluar ruangan Mark.
Dirasa Arin sudah benar-benar tak terlihat, Mark mengeluarkan hapenya mencari kontak Mina sambil menyamankan sandarannya di kursi. Cowok itu menelpon istrinya.
"Halo? Kenapa? Udah di depan?" ucap Mina ketika sambungan terhubung.
"Aku lembur Babe, nggak tau pulang malam ini atau bisa jadi nggak pulang. Kerjaan aku numpuk banget." kata Mark sambil menghela nafas berat, Mina tak jawab membuat Mark tak tega meninggalkan cewek itu sendirian di rumah. "Aku nggak mau kamu sendirian di rumah, jadi aku bakal telpon Haechan buat temenin kamu di rumah. Nggak papa ya? Nanti aku suruh dia jemput kamu juga sekarang." katanya melanjutkan.
"Aku sendiri juga nggak papa kok, aku mikirin kamu aja. Jangan terlalu maksain, istirahat dulu sebentar walau cuma semenit." ucap Mina membuat Mark tersenyum.
"Iyaaaa, ya udah kamu tunggu di ruangan aja ya. Keluar nanti pas ada Haechan ngechat aja."
"Nggak usah ah, Haechan biar suruh ke rumah aja langsung, aku pulang sendiri dari sini. Bilangin juga sama Haechan, jangan banyak-banyak bawa temen."