"Babe, liat muka aku pucet belum dicium kamu. Ayo cium, aku perlu di charge."
"Oh my god! So cute, cium dulu sini."
"Ya ampun, BABE, KAMU DIMANA KOK ILANG? MORNING KISS AKU MANAAA?"
"Sebelum bobo wajib cium, sini cepetan biar bobonya nyenyak. Bonus peluk sampe pagi."
"Kalau untuk sekarang jelas aku pilih semangka terus, soalnya kamu udah officially mine. Aseeek, peluk dulu sini biar nggak salting."
"Aku mau kerja loh, kita nggak bakal ketemu seharian. Deketan dulu sini aku mau cium, nanti pas aku nggak ada malah repot kamu siapa yang mau cium?"
"Ck, gila, masa Dad mau angkat aku jadi direktur minggu depan? Aku belum siap. Babe, aku lagi kesel nih, peluknya mana?"
Kira-kira begitulah bacotnya Mark tiap hari, ada aja modusnya selama seminggu ini mereka tinggal bersama. Mina udah nangis sebab dia baru tau, Mark semanja itu. Padahal dulu waktu masih kuliah dewasa banget, nggak dikit-dikit ngomel minta cium, dikit-dikit minta peluk. Bahkan untuk pegangan tangan sambil nyetir aja nggak pernah absen untuk izin--walau pake kalimat modus juga.
Kayak sekarang contohnya, Mina baru aja selesai cuci piring sehabis makan malam mereka berdua udah dikagetin aja dengan keberadaan Mark yang berdiri menyandar di meja makan lagi duduk menopang dagu memperhatikannya.
Mina menghela nafas, coba kita dengar apa kalimat modusnya kali ini.
"Capek ya?" tanya Mark dengan bodohnya, Mina gak jawab dan mendelik malas menatap Mark sambil berkacak pinggang. Mark memundurkan kursinya lalu merapatkan kedua pahanya, tangan kiri cowok itu menepuk-nepuk pahanya membuat Mina mengernyit. "Kalau mau charge, sini aku udah siap." ucapnya lalu tersenyum manis.
Mina gak habis pikir, kenapa Mark jadi mesum begini. Mina jadi takut. Mau tuker nasib? Chat Mina ya!
"Aku capek ladenin kamu." ketus Mina berjalan melewati Mark, tapi menghindari cowok itu di kehidupan baru sekarang jelas susah. Mark mengejar, menghalangi langkah Mina dengan berdiri di perbatasan dinding dapur dan ruang tengah.
"Mau dapat pahala nggak?" tanya Mark dengan kalimat andalannya. Ya, perlu kalian ketahui, Mark sering memakai kalimat itu jika menginginkan sesuatu pada Mina.
Namanya juga Mina, kalau udah begitu pasti bakal cepat mengalah.
Melihat Mina yang sudah diam dan sudah dipastikan gak ada perlawanan, Mark tersenyum manis sambil melangkah mendekat.
Cowok itu meraih pinggang Mina dan mendekatkan wajahnya, Mina memejamkan matanya saja hanya mengikuti alur. Kedua belah bibir keduanya bertemu, saling mengecap satu sama lain lalu berhenti ketika Mina mendorong Mark karena menipisnya udara yang dia hirup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Boyfriend: Our Final Ending
Fanfictie[completed] "Kamu percaya nggak, perpisahan awal yang menyakitkan itu adalah ujian sebelum kita dipertemukan lagi dengan kebahagiaan? Kalau aku sih percaya, buktinya kita bertemu lagi." "Nggak usah banyak berharap, percuma bertemu lagi kalau masing...