18. Rasa Ketakutan

437 71 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kamu baik-baik aja?" tanya Mark entah ke berapa kalinya, Mina tersenyum mendengarnya.

"Enggak papa ih, aku baik-baik aja kok. Semalem cuma takut kamu marah." jawab Mina sambil memotongi bawang merah, lagi masak dan Mark benar-benar memperhatikan di meja pantry dengan serius.

Mark diam setelah dapat jawaban, hatinya beneran nggak tenang padahal udah keliatan jelas Mina biasa aja nggak ada tanda-tanda cewek itu ketakutan seperti semalam. Bahkan keliatannya Mina juga nggak bakal dapat traumanya lagi, Yoojung bilang juga kalau Mina cuma syok.

Tapi Mark masih khawatir, ingatan tentang Mina menangis sambil bergetar ketakutan tuh bikin Mark nggak akan pernah bisa tenang. Bukan cuma kilasan yang dulu, yang semalam juga masih menghantuinya. Waktu mau tidur juga Mina masih sesekali terdengar terisak dipelukan Mark dengan tubuh yang jelas masih bergetar takut, Mark bahkan nggak bisa menenangkan karena dirinya ikut menangis.

Mina paham sekarang, justru yang terlihat trauma malah Mark. Cowok bule itu terlalu menghayati masa lalunya sehingga tiap Mina menangis bakal dikira traumanya kambuh lagi, padahal tangisan Mina bisa aja karena kasus lain.

Makanya, mulai sekarang Mina harus berhati-hati, dia sebisa mungkin nggak akan menangis lagi depan Mark.

"Babe, kamu baik-baik aja?" tanya Mark lagi setelah sekian lama berdiam, Mina capek lama-lama dengarnya.

Kini Mina berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya, cewek itu menghampiri Mark lalu mengecek suhu tubuhnya. Lumayan hangat, dan kondisi ini sejak semalam tak mereda. Mark demam.

"Kamu yang nggak baik-baik aja, aku bilang juga tunggu di kamar tiduran sampe aku ke atas bawa makan sama obat." kata Mina sambil mengusap dahi Mark, merasa diomeli Mark memegang pipi Mina lalu mengecup seluruh wajahnya berkali-kali sampai Mina menggeram kesal lalu memberi jarak. "Kalau aku sakit juga gimana?!" omelnya sebal.

Mark manyun, cowok menarik Mina mendekat memeluk Mina dengan wajah yang di sembunyikan ke balik lehernya. Cowok bule itu merengek kecil membuat Mina mendelik dan mau nggak mau membalas pelukannya mengusap punggung sang suami yang sedang sakit plus mode manja ini.

"Aku harus jagain kamu Babe, nanti kamu ada yang apa-apain kayak semalem. Aku nggak mau." ucap Mark di sela rengekannya, Mina menghela nafasnya dengan berat.

"Aku di rumah, kalau mau keluar juga pasti bilang kamu dulu terus minta Hangyul anter kemana-mana. Jangan terlalu dipikirin yang semalem, liat sekarang kamu jadi sakit. Cih, bilangnya mau jagain aku kok begini?" omel Mina membuat Mark makin merengek dan mengeratkan pelukannya.

"Nggak bisa, pokoknya kamu harus deket-deket aku aja jangan kemana-mana." rengek Mark, bikin kesel tapi juga gemes.

"Babe, astagfirullah, aku di rumah. Aku nggak jauh-jauh, cuma di dapur aja nggak kemana-mana. Ke kamar ya?" kata Mina berusaha membujuk dan Mark menjawab dengan gelengan kepalanya. "Nanti malah pusing kalau harus ikutin aku terus, repot tau kan aku beres-beres rumah juga. Kamu nggak kasian apa sama aku?" katanya melanjutkan.

[2] Boyfriend: Our Final EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang