Helaan nafas keluar dari mulut Ali, capek banget ngikutin Rulla ke sana kemari cuma karena mantau Gigi dan Eva sedang main di mall sebesar ini.
Dilihatnya Gigi dan Eva keluar dari Timezone membuat Rulla menarik tangan Ali untuk kembali mengikuti mereka, tapi Ali terlalu gondok untuk menurut pada Rulla dan justru balik menarik Rulla untuk tetap diam.
"Ali, cepetan! Nanti kita ketinggal-
"Biarin aja kenapa sih? Mereka mau kemana aja juga urusan mereka, nggak usah diikutin." potong cepat Ali saat Rulla ingin bicara.
"Tapi aku mau liat mereka main ke mana aja." kata Rulla masih kekeuh dengan pendiriannya, bahkan sejak kecil juga Rulla sering mengikuti Gigi dan Eva kemana saja, tapi bisa-bisanya dia bilang dia kepo mereka main kemana yang jelas-jelas Rulla juga akan tau kemana Gigi dan Eva pergi.
"Nggak penting, mending sekarang kita pulang, Daddy lo marah kalau tau anaknya belum sampe rumah." omel Ali kesal.
Rulla berdecak, "Nggak mau!"
"Gue anterin,"
"Nggak mau Ali!" sentak Rulla menepis tangan Ali yang masih di pergelangan tangannya sehabis menarik Rulla tadi, "Kamu mana ngerti jadi aku sih! Kamu nggak tau rasa marahnya aku sama Bang Gigi, aku cuma pengen tau mereka kemana aja dan main apa aja, walau aku cuma sembunyi-sembunyi, setidaknya aku ngerasain gimana rasanya main sama Bang Gigi." katanya membuat Ali menatapnya tak percaya.
"Nggak harus sama Bang Gigi, sama gue juga bisa, atau sama si Meimei, sama si kembar juga. Semuanya nggak harus sama Bang Gigi!" kata Ali agak ngegas.
"Karena aku belum pernah main sama Bang Gigi, aku mau tau rasanya!" sentak kembali Rulla membuat Ali diam, "Aku slalu penasaran dari kecil, kenapa Bang Gigi nggak pernah mau main sama aku? Kenapa Bang Gigi cuma ajak Eva aja? Atau pas ada kamu juga, dia bahkan nggak pernah lupa ajak kamu sedangkan aku yang terlalu capek manggil Bang Gigi nggak pernah dipanggil." marahnya.
"Ayo pulang," ajak Ali menarik tangan Rulla untuk pergi, tapi lagi-lagi Rulla menepisnya.
"Aku nggak bakal pulang sebelum mereka juga jalan pulang!"
Ali berdecak, Rulla sangat keras kepala.
Tak lama hape Rulla berdering, Ali menatap Rulla tajam ketika Rulla diam saja mendecih tak ada sedikitpun niat untuk menjawab telpon yang masuk.
"Angkat," titah Ali membuat Rula berdecak tak bergerak sama sekali, bahkan Rulla juga membuang muka. "Angkat Rulla, bilang kalau lo lagi jalan pulang sama gue." katanya lagi.
"Nggak mau," ketus Rulla.
Untuk ke sekian kalinya Ali menghela nafasnya, "Angkat." titahnya lagi dengan nada yang lumayan dingin.
"Nggak-
"Itu Bunda kamu, Rulla!" sentak Ali yang sudah kesal setengah mati.
"Tau! Aku tau!" sentak balik Rulla lalu berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Boyfriend: Our Final Ending
Fanfic[completed] "Kamu percaya nggak, perpisahan awal yang menyakitkan itu adalah ujian sebelum kita dipertemukan lagi dengan kebahagiaan? Kalau aku sih percaya, buktinya kita bertemu lagi." "Nggak usah banyak berharap, percuma bertemu lagi kalau masing...