# 09:Détour

14 4 0
                                    

Kepakan sayap burung kertas muncul di depan Re dan berubah menjadi secarik kertas begitu mendarat di telapak tangan bocah itu.

Darurat..Temui aku di kota Veilspire!

Eila

"Lagi-lagi tugas tanpa peta, macam aku tahu dimana kota Veilspire ini berada ...." keluh Re yang sangat payah dalam pelajaran Erkunde terlebih lagi dalam mengingat nama dan tempat letak tempat.

Tak lama kemudian burung kertas kedua datang menyusul dan berubah menjadi secarik peta sihir yang menunjukkan letak tempat yang dimaksud dengan segaris tulisan kaki bertuliskan 'Maaf, lupa kalau kau buta tempat :)' dibelakangnya.

"Punya guru gini amat yak," hela Re menggeleng pasrah.

Setelah menitip secarik kertas pada pemilik rumah yang memberi tempat inap pada si kembar, Re pun melesat pergi menaiki angin ke arah yang di tunjukkan peta sihir.

Dari ketinggian, pandangan Re tertuju pada suatu tempat yang diselimuti kabut tebal. Panah penunjuk arah di peta yang tak bergeming dari posisinya menjadi pemasti bahwa tujuannya ialah tempat tersebut.

"Mana si kembar?" tanya Eila begitu melihat bahwa Re satu-satunya yang datang.

"Jadi ini kedaruratannya? Kabut yang tidak biasa, sihir atau kemampuan makhluk?"

Pertanyaan dibalas dengan pernyataan lalu pertanyaan, salah satu sifat Re yang membuat lawan bicara suka kesal karenanya.

"Dima-"

"Kutinggal, tapi jangan khawatir sudah kutitipi secarik pesan perihal tempat ini pada tuan rumah, sekarang jelaskan...."

Lama-kelamaan dia makin mirip orang itu, menyebalkan!

Eila mendengkus kesal sebelum pada akhirnya menjelaskan.

"Jadi ini hal yang mendesaknya? Bukankah ini tugas mereka yang punya kemampuan lebih?"

"Kabut itu meredam suara, aku tak bisa merapal dengan baik...."

Re memicingkan mata tak mudah percaya begitu saja.

"Kan bisa merapal diluar kabut, atau...jangan bilang kalau kau takut masuk sendirian ke dalam kabut?"

"Ya..itu..em-..ehe~"

"Sudah kuduga..." hela Re menjeda ucap,"Tapi mau bagaimana lagi, ayo kita lakukan." lanjutnya.

Re diberi taklimat sambil gegaskan langkah, dalang dibalik kabut misterius ini ialah ikan kabut raksasa yang sedang dalam musim bertelur dan kembang biak bernama Enevoar.
Makhluk ìni tak akan menjadi ancaman jika hanya seekor saja namun sangat merepotkan dalam jumlah, terlebih lagi masa inkubasi telur mereka yang relatif singkat.

"Enevoar meletak telur-telurnya di tiga tempat berbeda dengan penjagaan yang lumayan memakan waktu untuk melawannya, jadi tujuan utama kita ialah membebaskan penduduk agar tidak dijadikan makanan untuk anakan yang sebentar lagi netas."

"Bergegaslah kalau begitu, sebelum semuanya terlambat!"

Hal pertama yang dilakukan Re ialah mencoba menghilangkan kabut dengan hembusan angin kuat kemudian melesat maju menuju tempat penyekap pertama sementara Eila ke tempat kedua. Waktu merupakan esensi dari penyerangan ini, jika kabut kembali maka para Enevoar akan dengan mudahnya mengeroyok kami.

Di tempat penyekap pertama, Re tidak menemui kesulitan karena belum satu pun makhluk itu yang menetas namun proses penyerapan nutrisi di beberapa cangkang lendir telah mencapai tahap akhir sehingga dirinya hanya bisa menyelamatkan empat jiwa saja dari 10 penduduk yang terjebak dalam cangkang. Hal yang sama juga terjadi dengan Eila yang lebih tidak beruntung karena harus menghadapi anakan Enevoar yang hampir semua menetas dan hanya bisa menyelamatkan satu orang saja.

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang