Selang waktu yang diberikan Ald untuk para gadis bersihkan diri dimanfaatkan olehnya untuk kembali ke hutan tempat dia meninggalkan Sauvage dan anteknya. Ngiangan kata terakhir si pemanah sialan itu dan kemampuan pengendalian mayat Puppeteer membuatnya ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri keadaan lawan yang dia tinggalkan bertarung dengan Greater Komodra, sekaligus mengumpulkan bahan baku yang 'dijatuhkan' makhluk itu saat pertarungan. Sesampainya di tempat kejadian perkara, keadaan sekitar begitu mencekam dengan cipratan darah dimana-mana. Namun ada yang aneh, dia tidak menemukan sisa tubuh lawan tergeletak dimana pun karena seingatnya Komodra punya kebiasaan tidak memakan habis mangsanya dan hal lain yang dirasa aneh ialah cipratan darahnya terlalu luas areanya.
Kecurigaannya akhirnya terbukti ketika dirinya disergap oleh lesatan anak panah dan tembakan bola api dari sosok-sosok dengan warna kulit ungu legam dengan mata terbelalak meneteskan airmata darah.
"Hei, lihat siapa yang akhirnya bergabung dalam pertarungan!" ucap Ald mengenali salah satu dari prajurit mayat sebagai si pemanah usil yang diracuninya. Kondisinya lebih mengenaskan dibanding dua mayat lainnya, jaringan otot bagian kaki yang ditancapi mata panah waktu itu terlihat meleleh seperti lilin terkena panas.
"Kasihan sekali kau, masih harus melayani Tuanmu walau sudah jadi mayat!" sindirnya seraya menebas lengan penggenggam busur dengan belati rampasan sebagai rangkaian awal dari serangan baliknya.
Belati dalam genggaman Ald lanjut menari di tubuh lawan-lawannya. menyasar tenggorok, gelinding lepas kepala, dan memupus kaki tumpuan hingga mereka tak efektif lagi digunakan sebagai boneka tarung. Tapi, bukan Sauvage namanya jika tidak memanfaatkan boneka tarungnya hingga akhir. Tubuh-tubuh tak lengkap mereka kemudian dia satukan dengan Rite of Ascension hinggga terciptalah Abomination, prajurit pucat pasi dengan sebilah Hackbeil bergerigi dalam genggaman tangan kanan dan gancu di tangan satunya. Tampilan yang membuat nyali ciut ini dipadu dengan pemandangan menjijikkan dari belatung-belatung yang menggeliat keluar dari daging membusuk serta bisul besar yang berdenyut pecah di sekujur tubuh.
Tanpa menunda-nunda, makhluk itu langsung menerjang dengan ganas dan menghantam lawan memakai kekuatan penuhnya. Dampak serangan mematikan itu pada akhirnya diserap oleh Wind Cushion yang Ald sematkan pada bilah belati dan menyerang balik menggunakan kekuatan lawan yang diserap. Mengingat kemampuan ini tak lazim disemat pada benda, yang dilakukan oleh Ald barusan memiliki resiko besar karena adanya batas ketahanan pada tiap benda. Beruntungnya, belati tersebut memiliki ketahanan tinggi dan punya potensi menjadi belati sihir.
Luka tebasan yang cukup dalam di tubuh Abomination menjadi bukti nyata besarnya kekuatan fisik makhluk itu dan dari balik luka menganga tadi menggeliat keluar sosok 'isian' dari makhluk tersebut berupa belatung yang tak terhitung jumlahnya.
"Sudah kuduga onggokan daging busuk ini bakal merepotkan," decih Ald ketika menyaksikan bagaimana belatung yang berserakan mulai mencemari tanah sekitar hingga menghitam.
Dia kembali mengusap bilah belati sembari mengucapkan Cry havoc, sebuah inkantasi yang membuat aliran udara disekitarnya berdiri bergolak dalam kerjapan mata. Mencipta belalai-belalai angin yang menampar rebah semak dedaunan begitu kerasnya hingga tercerabut dari pangkal kemudian disahuti derak patah dahan beradu.
Sebagai makhluk yang tak berakal, Abomination tentunya akan terus menyerang tanpa ragu dan tanpa ada rasa sakit walau bagian-bagian tubuhnya tercabik atau terpotong. Tapi kali ini berbeda, ada sesuatu yang terhisap oleh bilah belati yang kini berselimut cahaya hijau terang setiap menebas dan lambat laun tubuh Abomination yang semula mengintimidasi, kini tinggal onggok daging yang menunggu terurai oleh tanah.
Usai mengatupkan kedua telapak tangan seperti biasanya, Ald lalu bergerak cepat menelusur hutan dalam untuk mencari Sauvage yang langsung menghilangkan diri usai memanggil anteknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest
FantasyPada upacara Cominofage di desa Aldeia, Re Zawari yang dikenal sebagai bocah lindur membangkitkan elemen angin dan pada saat yang bersamaan sepucuk surat datang ke kediaman keluarganya dalam wujud burung kertas yang berisi undangan dari sebuah akade...