#17 : Rationale

20 9 20
                                    

Apa yang menyebabkan para Rhesus sampai menjarah?

Pertanyaan yang sejak awal menumpuk dalam benak perlahan terurai dan jawabannya ialah penerobosan batas wilayah, ladang-ladang para warga ternyata berada di wilayah berburu para Rhesus. Ditambah lagi praktek pembukaan lahan dengan cara tebang-bakar mereka yang merugikan pihak Rhesus karena tindakan ini mematikan tanaman umbi-umbian yang menjadi makanan mereka, sementara sumber makanan alernatif yang berupa buah-buahan pun telah habis diambil warga.

"Hhhh, kenapa daerah ini selalu punya masalah dengan makhluk ...." gumam Re dengan helaan nafas prihatin.

Lahir di dunia yang terlanjur mencap monster sebagai sumber dari semua jenis kejahatan berdasarkan rupa dan sifat buas,  membuat manusia sepenuhnya lupa bahwa keegoisan mereka lah andil terbesar dari konflik yang ada.

"Kenapa tuan begitu perduli dengan kawanan ini?"

"Sebagian karena perasaan bersalah dan sebagian lagi karena prinsip. Satu lagi, kau harus memanggilku Tempest dari desa Aldeia sebagai ganti kata 'tuan'," jelasku yang belum mau mengungkap identitas pada orang baru dikenal.

"Jika demikian, anda bisa memanggil Rukka dari klan Roccian sebagai kata ganti 'Halv'."

"Kau dari klan Roccian? Bukankah semua klan di Geomantia punya aturan ketat untuk tidak menjalin kontak dengan daerah luar?" kernyit Re penuh selidik.

"Sebagai seorang Drifter, aku telah terbebas dari aturan mengikat semacam itu," balasnya tanpa keraguan sedikit pun dari nada bicaranya.

Itu terdengar seperti istilah untuk seseorang yang dalam pengasingan ....

"Seorang Drifter kah ....status yang sempurna untuk situasi sekarang ini." celetuk Re spontan.

Senyum lebar Re dan ekspresi kelegaan yang terbingkai di wajah Rukka saling menyiratkan cabangan interpretasi makna dalam benak masing-masing.

"Ok, kita mulai persiapannya," tepuk Re memecah jeda yang sesaat tercipta.

"Persiapan untuk apa?"

"Penyamaran, bukankah tadi sudah disepakati? Kita tak bisa melakukan pertukaran barang dengan penduduk dengan penampilan lusuh seperti ini kan?"

"Iya, tapi mau menukar dengan apa? Kita tak punya apa-apa sebagai bahan tukar...."

"Jangan katakan kita tak punya apa-apa nona Rukka, andaikan kita mengambil bayi Rhesus kemudian menjualnya ke pedagang gelap, pastinya kita akan dapat sekantung besar Lucre emas."

Raut Rukka seketika berubah pucat, pikirannya melayang pada keturunan Garga yang sebentar lagi lahir, salah satu faktor yang ikut andil dalam krisis sumber makanan mereka.

"Garga tengah menunggu kelahiran penerus dari betinanya bukan? "

"Sejak kapan anda mengetahuinya?"

"Kegigihan Garga menjaga sarang, paceklik makanan kawanan, dan pintu masuk altar yang di barikade dengan ketat. Namun tak usah risau, karena aku lebih tertarik dengan batu memori ...."

"Itu sama saja mengambil nyawa kawanan, tolong pertimbangkan lagi!" respon Rukka tanpa sadar meninggikan suaranya.

"Hei-hei, tenanglah! Menyuarakan ketertarikan bukan berarti ingin memiliki kan?"

"Ah- benar juga, maafkan perilaku barusan ...."

"Santai, reaksimu itu sangat wajar ditunjukkan dari seseorang yang perduli. Namun reaksi bukan solusi jangka panjang untuk masalah ini, cepat atau lambat benda itu akan ditemukan dan tak ada jaminan para penemu itu memiliki belas kasihan yang sama pada kawanan ini sepertiku," ungkap Re.

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang