Sesampainya di akademi siang tadi, Ald-yang kembali dipanggil Re, oleh orang-orang sekitarnya- menghabiskan waktu menunggu putusan dengan hal-hal yang biasa dilakukan saat berada di akademi. Yaitu, berdiam di ruang perpustakaan usai makan siang dan menghuni ruang latihan selepas makan malam hingga pagi hari menjelang.
Ketika pintu ruang latihan terbuka, orang pertama yang muncul di hadapan Re adalah sosok dikenalnya pada saat ditahan pertama kali.
"Selamat pagi Re atau kau ingin dipanggil Ald?"
"Gerangan apa yang membawa anda datang pagi ini, Tuan Boden? Apakah berkaitan dengan Gea atau pu-"
"Aku datang menemuimu juga atas nama pribadi, jadi langkahi saja formalitasnya."
"Baiklah. Apakah anda sudah sarapan?"
"Kau sarapan sepagi ini?"
"Menghindari tatapan penghilang nafsu makan."
Gelegar tawa Boden memecah sunyi pagi, menakuti burung yang hendak menyenandung kicau hingga memilih pergi.
"Benar-benar imitasi Galan kau ini ...."
"Jika tidak, berarti saya ini anak angkat, bukan?"
Tawa Boden kembali hadir, kali ini dengan desibel tak membuat pekak telinga.
Ruang latihan akademi terpisah dari gedung lainnya, terletak di sebuah bukit kecil yang ditumbuhi ragam vegetasi hijau dari lumut sampai pohon-pohon berukuran sedang. Untuk mencapai Kafetaria, keduanya harus berjalan sekitar lima menit melewati setapak melingkar turun.
"Bagaimana kabar orang tuamu?"
"Maksud Anda keadaan Psyche Ibu?"
Ada hening sesaat sebelum Boden mengangguk.
"Dari surat terakhir yang saya terima, anomali Inconsist dan Reject ibu sudah jarang kambuh. Saat ini beliau pasti sedang sibuk-sibuknya di ladang memanen labu Potiron bersama ayah."
"Syukurlah ... "
===
Derit terbuka pintu yang engselnya selalu lupa dilumasi menggema di ruang kafetaria, yang dipenuhi barisan bangku dan meja makan panjang kayu. Re menyilahkan Boden untuk duduk terlebih dahulu, sedangkan dia lanjutkan langkah mengambil sarapannya yang selalu diletakkan di atas meja konter dalam lingkupan tutup saji.
"Nasi Jaune?" tanya heran Boden kala Ald datang dengan wajah sumringah meletakkan piring sarapannya ke atas meja.
"Makanan ini biasa dihidang ketika memperingati sesuatu atau gelar perayaan di desaku."
"Apa saat ini kau sedang melakukan salah satu dari itu?"
"Tidak dalam rangka apa-apa. Saya meminta makanan ini karena memang kesukaan sejak kecil."
"Ah, begitu rupanya ...."
"Apakah putusannya sudah keluar Tuan?"
"Sudah, kau akan mendengarnya secara langsung siang ini."
Ald mengangguk di sela kunyahan, dia tak berharap banyak untuk mendapat keringanan dari kasus ini karena menyangkut nyawa manusia.
"Jika hasilnya dekaman penjara, bisakah Anda pastikan tak ada satu pun bisa menyentuh kawanan yang saya lindungi?"
"Kenapa kau begitu perduli pada para makhluk itu?"
"Mereka selalu ada di pihak yang salah setiap terlibat konflik dengan manusia tanpa pembelaan sedikit pun. Kita sering mencabut hak hidup mereka hanya karena rupa, ataupun mencari-cari pembenaran tindakan menghilangkan nyawa mereka atas dasar mengganggu ketentraman. Padahal kitalah yang memicu insting buas mereka secara sengaja maupun tidak. Perihal Rhesus, Anda tak akan mendapati mereka mengacau selama batas wilayah yang telah disetujui tidak dilanggar seperti pada kasus Sauvage ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest
FantasyPada upacara Cominofage di desa Aldeia, Re Zawari yang dikenal sebagai bocah lindur membangkitkan elemen angin dan pada saat yang bersamaan sepucuk surat datang ke kediaman keluarganya dalam wujud burung kertas yang berisi undangan dari sebuah akade...