#13 : Second Souffle

13 4 0
                                    

"Uh, melucuti senjata lawan?" jawab Re polos.

"Maksudku, serangan yang baru saja kau lakukan tadi jelas-jelas Resonance, serangan milik Adamantle kan? Bagaimana bisa kau menirunya?!" telisik Ascrien.

"Mungkin karena aku sering berlatih melawan Adamantle dan secara tidak sadar 'mengadopsi' serangannya?"

"Mustahil!"

"Keberuntungan pemula?"

"Tak mungkin!"

"Mungkin aku sebenarnya keturunan monster?"

"Jangan melantur!"

Re hanya mengulas senyum, ucapan-ucapannya tadi murni berasal dari ide acak yang tiba-tiba tercetus dan terlintas di kepala. Ucapan tentang adopsi kemampuan monster tak sepenuhnya asal karena dari simulasi melawan Adamantle-lah Re mendapat ide serangan Echo Fist-nya, letak perbedaan hanya pada dampak, durasi dan jarak serangan Resonance yang merupakan serangan jarak menengah dengan dampak tambahan Stun pada beberapa target dalam durasi yang cukup lama.

"Kita istirahat dulu? Anda mungkin tak bisa menggenggam untuk sementara waktu ...." tawar Re sebagai alasan untuk mengetahui durasi serangannya.

"Aku baik-baik saja bocah ...." tolak Ascrien kemudian merapal Regagner untuk menetralkan namun mantra itu tak sepenuhnya mengembalikan daya cengkram untuk menggengam senjata.

"Boleh dilanjutkan kalau begitu?" tanya Re kembali memasang kuda-kuda tarung, menyiaga Shlagring agar siap serang.

"Serang aku kapan pun kau siap!" balas Ascrien meneguhkan Quarterstaff dalam genggaman sembari berharap dalam hati agar pertarungan kali ini tak kembali mengecewakannya.

Denting metal dan friksi bunga api kembali tergelar, baik Re maupun Ascrien kali ini bertarung lebih lepas dari sebelumnya.

Tak ada segan, tak ada yang menahan diri mengeluarkan kemampuan bertarung. Re berkali-kali terhempas terkena Impale, sebuah serangan area yang merupakan kemampuan istimewa Quarterstaff, alasan kenapa Ascrien menggunakan serangan tersebut karena sebagai antisipasi atas pergerakan Re yang lambat laun makin gesit dan lebih presisi dalam serangan balik setiap kali terkena serangan.

Semilir angin kembali terasa disaat Re kembali bangkit dari sungkurannya. Ascrien mendecak kesal karena sekali lagi kecepatan lawan meningkat dan taktik yang dia gunakan sudah tak lagi berlaku hingga pada akhirnya putuskan mengangkat tangan tanda penghentian latihan tarung.

"Sampai secepat apa kau ini?" tanya Ascrien penasaran.

"Entah, tapi rasanya aku pernah mencapai kecepatan dimana lawan terlihat tak bergerak sama sekali ...."

"Dan apa yang membuatmu berkata demikian?"

Re mengedik bahu lalu berkata, "Aku tak tahu kapan, tapi ada semacam ingatan mengenai percepatan ini dalam benak dan tubuhku meresponnya tanpa tanpa masalah."

Untunglah bocah ini dalam naungan ASA, jika berada di tangan Nihtsċada bisa jadi akan menimbulkan ancaman serius ....

"Kita istirahat selama satu jam dan kau akan perlihatkan apa yang baru saja kau katakan ...."

"Tentu saja!"

===

Pergantian hari pada esok hari tak hanya ditandai dengan terbitnya mentari melainkan terbukanya pintu ruang simulasi dan dari dalamnya keluar dua sosok dengan baju compang-camping dengan wajah bugar.

Re tersenyum lebar sementara sosok di sebelahnya hanya menggeleng pasrah.

"Aku membersihkan diri dulu," ucap Re usai perenggangan tubuh yang dijawab Ascrien dengan anggukan.

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang