# 07 : Embataille

13 6 0
                                    

Sesampainya di desa, Re langsung menuju ke kediaman kepala desa untuk menyampaikan kabar ini.

"O' Dewa, salah apa desa ini sampai mendapat cobaan beruntun seperti ini??" ratap sang kepala desa.

"Sekarang bukan saatnya meratap, Rafureshia harus segera dibasmi sebelum terlambat!"

"Tapi bagaimana? Kami hanyalah petani biasa yang tak bisa bertarung."

"Bertarung tak selamanya memegang senjata, membantu sebisanya juga bagian dari pertarungan."

"Jadi apa rencanamu ketua kelompok?" tanya Vann yang akhirnya buka suara.

"Dalam perjalanan kesini aku sudah mengirimkan pesan meminta bantuan kelompok terdekat dan jika bantuan tak kunjung datang, skenario terburuknya kita harus melawannya sendiri ...."

"Melawan...sendiri? Apa kita mampu?" respon Llan sangsi atas putusan Re.

"Kita berusaha saja dulu, kalian berdua bisa mundur kapan saja jika tak mampu melawannya."

Hening, suasana ruangan itu kembali hening karena seketika tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Re merupakan orang pertama yang keluar dari ruangan itu, dia harus segera menyiapkan diri untuk skenario terburuknya sendiri yaitu bertarung sendirian dengan resiko terluka parah.

Mengendarai angin, Re menjauh dari desa kemudian berhenti di sebuah tanah kosong dan mulai mengolah pernafasannya dengan menghirup dalam-dalam hingga memenuhi kapasitas paru-paru, melepasnya perlahan dan mengulangnya hingga aliran udara disekitar lamat-lamat ikut terpengaruh oleh hirupan dan lepasan nafas Re.

Tindakan Re ini mengundang perhatian elemental angin bernama Aerys yang menghampirinya.

Hembusan anginmu begitu gundah wahai anak manusia yang terlahir bersama angin, gerangan apa yang mengganggumu?

"Aku ingin menolong desa ini namun tak yakin cukup kuat untuk melawan monster yang mengancam."

Kuatkan hatimu, maka roh yang bersemayam akan bisa melepas kemampuan mereka untuk bertarung bersamamu....

"Kuhaturkan terima kasih wahai Aerys, akan kuingat itu,"

Dan jangan pernah lupa kalau dirimu adalah kesayangan kami, mintalah bantuan kami jika ingin.

Aerys mengecup pelan pipi Re sebelum kemudian menghilang bersama angin berhembus.

===

Kabar tentang permintaan bantuan membasmi Rafureshia telah sampai ke masing-masing kelompok dan hanya dari pihak Lagan saja yang memiliki antusiasme tinggi untuk merespon dengan mengirim anggota terlemah mereka untuk tugas ini bernama Cinder.

Kedatangan Cinder ditandai dengan sosok burung api Fenix yang menjadi persemayamnya. Elegan dan berani, nampaknya itu yang ditekankan oleh Lagan pada anggotanya.

"Terima kasih sudah datang," sambut Re tergesa dan mulai memberi taklimat perihal makhluk yang akan mereka lawan nanti.

"Aku bergerak dan bertarung dengan keleluasaanku sendiri, tapi kuusahakan untuk bisa sinkron dengan seranganmu dan tak sampai menyulut kebakaran, apa itu bisa diterima?"

"Mohon bantuannya kalau begitu."

Pengendalian api Cinder terbilang tanpa cela, jika dia sampai kelepasan pun masih ada Llan dan Vann sebagai peredam masalah.

Dan penyerangan itupun dimulai dengan Re yang memutus setiap sulur yang mengayun dan membelit dengan bilah angin dan Cinder yang sigap membakar setiap lontaran bibit cikal Moruboro sebelum dia berkembang begitu menyentuh tanah sekaligus mengikis energi kehidupan Rafureshia dengan Quill barrage di garis depan. Sementara Llan dan Vann berada di belakang untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga sambil merapal mantra pendukung bernama Amplio Impetum pada keduanya.

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang