# 26 : Partings?

4 3 0
                                    

Setelah pamit untuk kedua kalinya, Ald mulai mengayun langkah cepat melintas deretan rumah warga menuju gerbang desa. Dia ingin secepatnya meninggalkan tempat ini sebelum kemungkinan-kemungkinan merepotkan mulai bermunculan.

"Tuan Ald!" seru sebuah suara yang berasal dari arah belakang, tetapi dirinya tak mengindahkan seruan itu dan terus melangkah cepat.

"Tuan Ald, tolong berhenti ... aku ingin bicara!" serunya lagi, sedikit memohon.

Ald akhirnya menghenti langkah dengan helaan nafas.

"Ada apa lagi? Sudah aku katakan tadi sebelum masuk ke desa kalau kita jangan saling bertegur sapa lagi, "

"Tapi aku belum sempat mengucap terima kasih ...."

Nada bicara gadis itu terdengar sedikit kecewa atas respon Ald barusan.

"Aku tak perlu diucapi itu Sincere, justru kau harus berterima kasih pada sang pengatur takdir yang membawaku pada kalian dan sudah sepantasnya orang-orang sepertiku ulurkan pertolongan kan?"

Seulas senyum manis menghias rona wajah gadis itu, perasaannya tengah bucah seperti kekasih yang mendengar rayuan puitis sang pujangga hatinya. Padahal tidak satu pun perkataan Ald yang masuk kriteria kata manis atau merayu.

"Jika suatu saat anda melewati Scir, jangan lupa mampir ya?"

"Tak bisa janji, tapi kusempatkan untuk mampir."

Mungkin kalimat itu yang sedang dia tunggu terucap, karena gadis itu mengucap pamit usai Ald mengucapkannya.

*Semenjak tadi kami mencium bau feromon dari gadis itu Tuan, sepertinya dia meny-*

Ald berdehem pelan sebagai isyarat bagi ketiga Familiarnya untuk tidak meneruskan ucapan yang langsung direspon dengan kekehan.

"Kalian ini ...." gumamnya kembali mengayun langkah.

===

Rukka ternyata kembali ke Veilspire sehari lebih cepat dari seharusnya karena tugas pengawalan berakhir begitu sang pedagang memasuki daerah netral yang diyakini bebas penyamun dan monster.

"Lalu bayarannya?"

"Dibayar penuh!" cengir Rukka menunjukkan kantung uang yang penuh dan bergemerincing.

Ald tergelak membayangkan bagaimana wajah sang pedagang ketika menyerahkan kantung uang ini kemudian berkelakar, "Kawal setengah jalan dapat upah penuh, betapa murah hatinya dia ...."

"Mungkin karena dia jatuh hati dengan Charybdis?" balas canda Rukka.

Tawa lepas keduanya membentur dinding-dinding batu, memantul dan menggema hingga keluar mulut gua. Menakuti setiap makhluk yang lewat dengan bahana suara.

"Cukup tentang diriku, bagaimana dengan keadaan disini?"

Ald mulai menceritakan tentang penyusup hutan yang melanggar batas wilayah, dilanjutkan dengan pembebasan budak, pertarungan yang melibatkan amuk Shichi, pemanggilan Abomination, kegilaan dirinya hingga membuat lawan catatonic dan pertarungan Cro kemudian ditutup dengan kedatangan rekan akademi yang meminta keberangkatan dirinya ke Waycambas besok lusa.

"Hukumannya sudah diputuskan?"

Rona wajah Rukka keruh saat menanyakan hal ini, walau dirinya belum lama mengenal Ald akan tetapi interaksi akrab semacam tadi sudah jadi pembenaran atas rasa khawatir yang mengemuka saat ini.

"Belum, mungkin esok nanti akan datang surat putusannya atau lusa nanti saat aku ke Waycambas."

"Semoga saja asas membela diri bisa jadi pertimbangan."

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang