Memulihkan kembali kepercayaan yang sudah terkoyak tentunya butuh usaha ekstra, apalagi menyangkut korban nyawa. Inilah yang saat ini tengah Re lakukan pada pihak-pihak terluka akibat kegagalannya mengontrol kekuatan.
Begitu Re mendekati rombongan itu, sang penyandang kapak langsung bergerak maju sementara pemegang busur tetap tinggal untuk melindungi para wanita dengan anak panah terpasang di tali busur.
"Kita bertemu lagi Tuan," sapa Re membuka percakapan.
"Kau pengembara yang waktu itu ternyata, berkemah di sekitar sini?"
"Saya sedang mengumpulkan bekal perjalanan di hutan bersama teman."
Re mengatakan itu sambil menunjuk sosok Rukka yang berdiri tak jauh darinya.
"Hutan bukan tempat yang aman bagi pengembara pemula seperti dirimu, kau mungkin terbilang sangat beruntung tak berjumpa dengan para Rhesus yang beringas ...."
"Terima kasih peringatannya, dan sebelum saya lupa ... " ucap Re merogoh sesuatu dari satchel kemudian menyerahkan pada pria itu. "Ini untuk anda sebagai balasan atas kebaikan yang saya terima."
Pria itu seketika terbeliak saat melihat apa yang disodorkan oleh bocah di depannya.
"Bagaimana kau mendapatkan Panax ini?!"
"Seperti cara biasanya, menggali dengan hati-hati agar akarnya tidak rusak ...."
"Bukan itu maksudku, tanaman ini semestinya tak bisa lagi dijumpai di hutan itu."
"Mungkin 'semestinya' anda harus mencari Panax ini di tempat yang tak biasanya dicari?"
"Aku tidak terlalu tertarik dengan permainan kata bocah, dimana kau mendapatkannya?"
"Tanaman ini tumbuh begitu subur di daerah hutan dalam, letaknya tak jauh dari sarang para Enevoar." ungkap Re.
Pria itu mundur selangkah dengan perlahan, kelebat ingatan tentang kecerobohannya di masa silam seakan hadir nyata di hadapan.
"S-siapa sebenarnya kau ini? Karena mustahil melawan para Enevoar dengan hanya dua orang saja!"
"Enevoar tak akan menyerang jika tidak di provokasi, makhluk itu juga tidak akan bermigrasi kecuali ada bagian penting dari mereka yang berpindah tempat." ucap bocah itu.
Ucapan barusan memicu ingatan samar tentang siluet dua sosok yang mengoyak selubung kenyal ketika dia pasrah pada keadaan menjadi makanan anakan Enevoar. Ingatan itu perlahan menjelas hingga pria itu mulai mengingat sedikit detil tentang suara dan pakaian yang dikenakan.
"Seribu topan badai!" umpat pria itu dengan suara serak. "Aku ingat sekarang, kau bocah yang hilang kendali dan menghancurkan desa!"
Ucapan itu diikuti oleh siagaan kapak, tarikan busur panah yang siap untuk dilesatkan dan teriakan histeris dua wanita yang berlari kembali ke arah desa. Dari sisi berlawanan, Rukka juga tak tinggal diam dan segera merapal mantra serang tetapi urung karena isyarat tangan Re memintanya bersiaga saja.
"Lalu apa yang ingin anda lakukan? Mengancamku dengan kapak dibantu oleh pemanah amatir?"
"Jika itu bisa mengusir biang masalah sepertimu!" raung pria itu sambil mengayun-ayunkan kapak.
"Biang masalah? Justru saya yang menyelamatkan anda dan kalian semua, dari makhluk yang dipaksa keluar dari sarang mereka karena mengikuti manik yang dicuri oleh salah satu warga dan membawanya pulang ke desa." balas Re yang mendapati informasi ini dari para Echo dari hutan dalam.
Pria itu menatap Re dengan mata terbeliak, tak ada yang tahu rahasia ini selain rekannya yang telah dimangsa oleh Enevoar.
"Jangan menyebarkan fitnah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest
FantasyPada upacara Cominofage di desa Aldeia, Re Zawari yang dikenal sebagai bocah lindur membangkitkan elemen angin dan pada saat yang bersamaan sepucuk surat datang ke kediaman keluarganya dalam wujud burung kertas yang berisi undangan dari sebuah akade...