# 05 : Kickstart

19 10 0
                                    

"Saatnya berpamitan," ucap Eila bangkit dari meja makan setelah melepas kangen dengan kakaknya tanpa gangguan Galan yang tengah berbicara dengan Re di luar.

Begitu wanita itu muncul dari dalam rumah dan berucap pamit untuk kedua kalinya, dia hanya menemukan Re yang kemudian mengikutinya tanpa banyak bicara.

"Letakkan Rucksack-mu, aku ingin mengujimu sebentar," instruksi Eila saat keduanya telah melangkah cukup jauh dari desa.

Re melakukannya lagi-lagi tanpa banyak bicara.

Eila kemudian merogoh sebuah kristal dari Satchel-nya, menggengamnya dalam kepalan tangan dan mulai merapal.

<< From the depths where the ancient rocks slumber,

And the power of earth does rumble and thunder,

In the name of the golem, steadfast and bold,

I summon you now, from gravel and old.

By the ancient might and the soil's deep call,

Rise up, Gravel Golem, and heed this thrall. >>

Kristal yang digenggamnya kemudian berpendar cahaya krem terang dan seketika tanah tempat keduanya berpijak bergetar dan meretak, dari dalam retakan itu menyembur bebatuan dan bongkahan tanah yang kemudian mulai berkumpul dan mengambil bentuk sosok menjulang tinggi yang dikenal sebagai Gravel Golem.

"Gunakan kemampuanmu dan kalahkan dia dalam waktu 1 menit," ucap Eila kemudian menjentik jari sebagai tanda bagi makhluk itu untuk menyerang.

Menghadapi makhluk yang kebal sihir dan dengan kecepatan gerak diatas manusia akan jadi masalah bagi mereka yang bertumpu pada kemampuan sihir, tapi bagi Re yang hampir mati karena ulah egois ayahnya, serangan semacam ini tak seberapa sakit.

Beberapa kali Re mendecih kesal karena anggota tubuh yang hancur akibat dari serangannya kembali beregenerasi karena kristal inti jiwanya kembali berpindah dan waktu hanya tinggal 15 detik lagi.

Tanpa menunda, Re memanggil Go, familiarnya yang berkaki cepat dan semayamkan di kedua kakinya untuk peningkatan kecepatan gerak dan menumpukan kekuatan serangan pada kaki.

SRAKK!

Satu per satu lapisan tubuh Golem hancur terkena tendangan yang merupakan modifikasi Re dari Fullmight Swing kebanggaan ayahnya dengan akurasi dan daya hancur meningkat sehingga ambruknya Golem ciptaan Eila hanya tinggal menunggu waktunya saja.

Eila yang sempat terpaku akhirnya sadar kemudian memuji Re dengan mengatakan bahwa dirinya berbakat menjadi Evoker hebat seperti kakeknya.

"Aku punya kakek? Kupikir ayahku yatim piatu," ucap Re dengan alis bertaut.

Eila menggeleng, kepalanya langsung pening "Kasihan sekali Tuan Luft, entah dosa apa yang dibuatnya sehingga mendapatkan anak durhaka seperti manusia itu," lirihnya di dalam hati.

Di dua tempat yang berbeda, Luft Alathir yang tengah menyeruput teh hijau seketika tersedak sampai terbatuk-batuk sementara Galan yang sedang mengunyah makanan tiba-tiba tersedak kemudian bersin dengan kerasnya.

"Apa kita tak sebaiknya berangkat? Matahari sudah ada di atas kepala kita," ingat Re yang masih ragu menyematkan kata 'bibi' dan menyebut nama wanita itu.

"Kau benar, sebaiknya kita bergegas," ucapnya lalu mengeluarkan sebuah kunci emas dari dalam satchel dan kembali merapal.

<< The key hath but one task,

To open the door that is shut.

The door hath but one duty,

To lead us to our destined end. >>

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang