Kuaran bau amis jeroan dari tubuh koyak penuh luka tusukan dengan kondisi anggota gerak mereka cerai berai membuat perut Ald seketika bergolak. Walau jengah, dia harus membereskan hasil karya Shichi ini sebelum jiwa mereka berubah menjadi Wraith di hutan ini.
Dia lantas mengumpulkannya memakai garu jerami dari tenda kuda, menumpuknya jadi satu timbunan dan membakarnya dengan bantuan jerami. Api berkobar dengan hebat namun terkontrol karena ada parit dangkal yang melingkari sekeliling. Bubungan asap putih meruapkan bau daging terbakar ke segala arah, mengusir para makhluk dengan penciuman peka untuk menjauhi tempat ini.
"Semoga di kehidupan selanjutnya, kalian jadi makhluk yang lebih berguna." tangkupnya mengucap doa sederhana dengan khusyuk, kemudian mengalihkan pandangan kearah kerangkeng. Ada erangan sakit bercampur ketakutan kala dirinya mendekati kerangkeng budak. Salah satu dari mereka berbicara bahasa yang tak asing di telinga Ald, tapi dirinya lebih memilih fokus mencongkel gembok kerangkeng dengan sebatang besi pengumpil. Gembok besi berderak dan lepas sepenuhnya dari pengait tanpa ada masalah berarti, selepas membuka pintu kerangkeng, Ald mengernyit heran karena hanya seorang saja yang keluar dari dalamnya.
"Tubuh mereka lemas karena tak makan berhari-hari Tuan, jadi jika diijinkan--" kata seorang gadis dengan pakaian tanpa lengan yang terlihat berbeda dibanding budak lain.
"Tak perlu ijin, kau-siapa pun namamu-lakukan apa yang harus dilakukan makhluk bernurani."
"Terima kasih," ucapnya sambil bergegas kearah tenda yang telah terkulai akibat tiang penyangga telah patah.
Sementara itu, kobaran api mulai memerah dan dari sesemakan sekitar mulai bergemerisik ribut. Ald tak bergeming dari tempatnya berpijak, menatap lidah api dengan seksama agar tidak menyentuh ranting atau dahan pohon di hutan ini yang menjadi persemayaman para Echo dan roh hutan lain.
Teriakan histeri dari sosok-sosok yang tengah khidmat mengunyah makanan membuat si penjaga kobaran api menoleh kearah mereka.
"Tak perlu panik, Rhesus itu bersamaku ..." tenangnya kemudian kembali menatap kobaran.
//Meis sedang masak apa? Bau tidak enak!//
//Aku tidak sedang memasak Cro, hanya membakar mayat ....//
Rhesus yang disebut namanya Ald ialah penerus dari trah Ozaru, tubuhnya saat ini sudah setinggi Meis-nya dengan ciri luka codet yang menyerempet mata kiri akibat bertarung untuk mendapatkan hak untuk menyentuh batu memori.
//Mayat, busuk!//
//Makanya kau jangan sekali-kali memakan mayat, nanti perutmu sakit.//
Meski telah menerima anugerah pengetahuan dari batu memori, Cro masih saja sepolos anak kecil dan mengajarinya menjadi tugas harian bersama Rukka.
Memang tidak ada catatan para Rhesus memakan mayat, namun mereka adalah omnivora sejati dan Ald merasa perlu lakukan tindakan pencegahan agar hal itu tak sampai terjadi sebagai Meis mereka.
"M-mereka sudah selesai makan dan siap berangkat Tuan, tapi ...." ucap gadis budak yang tadi ijin untuk memberi makanan. "Ada sedikit masalah," lanjutnya.
"Masalah apa?"
"Dua orang budak terlalu lemah untuk melanjutkan perjalanan, apa yang harus dilakukan?" tanyanya dengan raut wajah takut. Tidak bisa melanjutkan perjalanan dalam dunia perbudakan hanya berarti satu hal yaitu menjadi makanan pada binatang hutan.
"Tunjukkan yang mana kedua orang itu," ucap Ald usai berpesan pada Cro untuk menjaga kobaran api yang sudah tidak sebesar tadi.
Tergopoh, dia mengarahkan Tuan barunya dan dengan jari bergetar menunjuk 'masalah' yang tadi dia maksud. Dua orang itu sangat kurus dengan pipi cekung, dia bisa melihat ruas-ruas tulang rusuk dari balik pakaian budak yang seadanya menutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest
FantasiPada upacara Cominofage di desa Aldeia, Re Zawari yang dikenal sebagai bocah lindur membangkitkan elemen angin dan pada saat yang bersamaan sepucuk surat datang ke kediaman keluarganya dalam wujud burung kertas yang berisi undangan dari sebuah akade...