#29 : Entrant

5 3 0
                                    

Tak seperti peradilan sebelumnya, Ald saat ini lebih leluasa tanpa kehadiran seorang pengawas. Magistrat sepertinya percaya diri sekali dengan kemampuan mantra pelacakan Echolocation yang disematkan pada Limiter.

Dia bisa berjalan bebas di jalanan kota Levant tanpa tatapan kernyit dari penduduk kota. Menggunakan pakaian yang umum dipakai oleh mereka, Ald membaur dengan hiruk-pikuk penuh antusias atas perhelatan turnamen yang tinggal sehari lagi akan dimulai. Pasar dan café tak hentinya membicarakan itu, mulai dari sederet nama yang akan mewakili Levant, analisis lawan terberat, lalu dibukanya pendaftaran kategori umum turnamen, dan hadiah yang akan mereka perebutkan yakni Arma peringkat atas buatan penempa terkenal Hifes'tas.

Animo pendaftar yang sangat tinggi memaksa panitia penyelenggara melakukan seleksi lebih dini lewat Battle Royal sebagai sistem untuk menyaring peserta turnamen yang representatif untuk disandingkan dengan acara utama.

Ald yang penasaran seperti apa wujud Arma peringkat atas yang menjadi hadiah utamanya, iseng mendaftar sebagai sosok bejubah tudung hitam dengan wajah tertutup perban bernama AlTeRZ. Merebut senjata lawan dengan kecepatan gerik, sehingga lawan terpaksa bertarung tangan kosong menjadi strategi tarung efektif yang dipilihnya.

Lawan yang tidak punya dasar serangan tangan kosong, tentu akan kewalahan menghadapinya. Akan tetapi, tak semua lawan tanding memakai senjata fisik. Sehingga pada penyisihan untuk laga final, dia berhadapan dengan pengguna sihir elemen api yang merepotkan.

Tarian lidah api memenuhi laga keduanya, masing-masing mulai mengeluarkan kemampuan terbaik yang dimiliki untuk menjatuhkan lawan. Ald tidak bisa sembarangan memakai elemen anginnya, karena tiupan angin hanya akan membuat kobaran api makin mengganas.

Suasana gelanggang tarung begitu riuh oleh sorakan para penonton. Mereka saling bersahut-sahutan mendukung petarung yang disukai, dan memprovokasi lawan hingga pecah konsentrasi.

Kepalan tangan bersalut udara padat, seketika menghantam hancur tameng sihir yang menjadi satu-satunya penghalang tinjunya mengenai lawan. Namun sayang, lawan sudah lebih dulu lakukan tindakan pencegahan. Menyerang dengan Muspell Sparri, sebelum Ald bisa melancarkan serangan lanjutan. Tak sempat mengelak, tubuhnya pun terpental menghantam tembok pembatas. 

"Cih! sedikit lagi padahal ...." decaknya melepeh darah segar yang seketika mendesak untuk dimuntahkan keluar. Pakaian yang dikenakannya semakin compang-camping akibat serangan barusan. Samar, dia mendengar sang wasit meminta konfirmasi dirinya apakah berhenti atau melanjutkan pertandingan.

Ald menjawabnya dengan bangkit berdiri, menebah luruh debu yang menempel dan kembali bersiap.

"Dicoba berapa kali pun, hasilnya akan sama!" ejek pengguna elemen api tersebut.

"Api ada karena udara, sirna tanpanya."  ucap Ald melesatkan kepalan tinju ke arah lawan yang masih setia menggunakan taktik menyerang dari balik tameng.

"Enyahlah!"

Pijar api kemerahan membayang di pelupuk mata Ald, ketika Muspell Sparri sekali lagi terlontar dalam jarak sangat dekat dan langsung menghujam tubuhnya dengan lembing api untuk kedua kalinya.

Suasana gelanggang tarung seketika itu hening, peserta dengan perban di wajah terjerembab tak bergerak dengan baju dan jubah terbakar sepenuhnya.

Tim penyembuh yang biasa disebut Medea seketika bergerak cepat menghampiri peserta yang tengah terkapar dan sang wasit kini telah memegang tangan sang pemenang. Bersiap untuk deklarasikan kemenangannya ketika hitungan mundur K.O mencapai angka 1.

Asap tersisa dari api yang baru saja padam, sepertinya menciptakan fatamorgana padangan bagi yang memperhatikan sisi gelanggang tempat peserta yang terluka tadi berada. Mereka melihat sosok yang terkapar tadi perlahan bangkit namun dengan sorot mata merah darah sambil memegang arit besar. Dalam kerjapan mata, sosok itu melesat ke arah pengguna elemen api yang tengah eforia dengan kemenangan ata lawan kemudian menebasnya. Tebasan itu tidak memberi efek luka dan sang penyerang menghilang bersama pusaran angin yang mengusir pergi ambangan asap.

Beberapa dari mereka mencicit kata Grim atas penampakan itu, sementara yang lain menganggap hal itu hanya fatamorgana semata.

"Selamat sekali lagi pada Muspell atas kemenangannya!" ucap sang wasit tak mampu sembunyikan sumringahnya. Betapa tidak, dia telah pertaruhkan seluruh upah yang dia dapat untuk petarung ini. Tenfu saja, dirinya memakai nama samaran saat melakukan itu. Dan kini, bayangan sekantung besar Lucre perak dalam genggaman tangan tinggal sejengkal lagi jadi nyata.

"Silahkan petarung Muspell Heim kembali ke ruang tunggu ...." silanya kemudian.

Akan tetapi, sosok yang disilahkan untuk turun panggung tadi tidak merespon perkataannya. Dia terus berdiri tak bergening dengan pose kemenangannya yaitu satu tangan terangkat.  Merasa petarung itu sudah terlalu lama melakukan pose tersebut, sang wasit kemudian menepuk pundak pria itu untuk menegurnya. Tak disangka, tubuh itu langsung ambruk ketika dirinya melakukan itu.

Sorak-sorai yang tadi riuh rendah mengelukan sang juara, sekejap menghilang. Berganti gelombang bisik yang membahas kembali kemunculan Grim pada beberapa saat lalu dan kaitannya dengan ambruknya Muspell.

Para penonton kemudian pulang dengan membawa cerita tentang apa yang terjadi di gelanggang tarung,  dan seketika menyebar cepat seperti kebakaran semak di musim kemarau. Sementara sosok yang menciptakan kehebohan ini, menghilang dari ruang pemulihan dengan balutan perban di tubuh atasnya akibat terkena luka bakar serius.

Di hari kedua turnamen kerajaan, antusias para penonton tak setinggi hari pertama. Pertarungan yang disajikan terlihat tidak  terlalu menarik di mata mereka, meskipun para petarung sudah mengeluarkan penampilan terbaiknya. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh hilangnya AlTeRZ dan kondisi dari Muspell Heim yang hidup segan, mati enggan.

Pertarungan keduanya seakan memberi standar ekspektasi terlalu tinggi yang tak bisa dicapai oleh petarung lain. Meski ada beberapa yang menarik perhatian penonton, namun itu hanya efek 15 detik yang mudah hilang dalam benak.

Maka dari itu, pihak penyelenggara mencoba sebisa mungkin mencari keberadaan AlTeRZ agar mereka bisa membujuknya kembali ke gelanggang tarung. Pencarian ini berpotensi mendatangkan peniru, mengingat wajah petarung tersebut tertutup perban dan minimnya informasi yang bisa mereka ambil dari formulir pendaftaran. Satu-satunya petunjuk ialah luka bakar di tubuh bagian atas yang menjadi 'hadiah kekalahan' dari Muspell.

Para peniru yang coba mengadu peruntungan karena tergiur hadiah pun berdatangan. Mereka pada umumnya gagal pada verifikasi luka bakar oleh Medea yang merawat meskipun punya kemampuan tarung mereka mumpuni.

Pencarian ini sudah sampai ke telinga Ald sejak awal dicetuskan. Dia salah satu penonton yang hadir di laga hari kedua, dalam rangka menyelidiki adanya perjudian dan pengaturan pertarungan yang mencemari turnamen kerajaan atas perintah Magistrat.

Luka bakar yang dia derita belum sepenuhnya sembuh, dikarenakan kemampuan regenerasi San pada saat ini hanya bisa berfungsi 40% saja. Namun itu bukan halangan baginya untuk menjalankan tugas ini, karena efek peningkatan gerak dan serangan dari kemampuan pasif Manifold Vengeance-yang baru saja dia namai-miliknya telah aktif.

《Tsuzuku》

Glossary

Echolocation : Kemampuan pelacakan lokasi melalui suara ultrasonic/sonar.

Muspell Sparri : Secara harafiah berarti tombak/lembing Muspell. Ciri khas pengguna elemen api ialah menyematkan namanya pada serangan sihir. Sementara arti dari Muspell adalah alam/dunia api.

Medea : Sebutan penyembuh atau tabib, baik peramu obat maupun pengguna sihir penyembuh.

Grim : Sejenis arwah pembawa kematian dan nasib buruk yang digambarkan mengenakan jubah tudung hitam pekat lusuh dan membawa arit besar di tangannya.

TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang