Waycambas, kota yang beberapa bulan lalu dia tinggalkan untuk menunaikan idealisme naif-nya. Kota yang jadi tuan rumah dua institusi paling berpengaruh di Levant yaitu ASA sebagai perwakilan dari sisi ilmu pengetahuan dan Magistrat dari sisi penegakan hukum.
Begitu melewati gerbang kota Levant, Ald disambut oleh jalanan, hiruk-pikuk, dan suasana kota yang sedikit berbeda dari biasanya. Di sana-sini berseliweran kereta kuda dengan warna tak biasa, ditambah lagi ornamen yang tak sembarang digunakan oleh kalangan jelata.
"Selamat datang pengelana, apakah ada yang bisa aku bantu?" ucap seseorang yang menghampirinya begitu melihat gelagat celingukan Ald.
Sosok tersebut merupakan bagian dari pusat informasi tak resmi kota yang disebut Guida. Karena tak resmi serta cara pendekatan yang terlalu supel, mereka sering jadi sasaran tuduhan salah paham sebagai pencuri dan pencopet. Karenanya, mereka sering kucing-kucingan dengan petugas patroli kota. Namun sepertinya kali ini mereka mendapat pengecualian khusus.
"Sedang ada festival kah?"
"Tidak teman pengelana-ku, saat ini kerajaan sedang menerima tetamu dari daerah lain yang mengikuti turnamen kerajaan yang digelar dua hari lagi."
"Ah, begitu rupanya."
"Apakah kau mencari tempat inap? Kusarankan untuk mencari di sisi pinggiran kota karena penginapan disini sudah penuh."
"Terima kasih atas sarannya,"
Tiga keping Lucre perunggu berpindah dari kantung uang Ald ke tangan sang pemandu.
"Terima kasih teman, semoga dewa pelindung Vagārī senantiasa menjaga perjalanan dan memandu kemana pun kaki melangkah." ucap sang pemandu dengan senyum terkembang kemudian berucap pamit.
Ald lalu meneruskan perjalanan membelah keramaian kota menuju gerai pandai besi yang berafiliasi dengan akademi dalam membuat perlengkapan sihir.
Gerai yang menjadi tujuannya nampak ramai pelanggan, ada beberapa sosok berjubah diantara kerumunan yang sedang bertukar cakap satu sama lain untuk mengisi waktu mereka dilayani.
"Abdi-dayang putri anakonda, jenis murid akademi yang paling tak ingin kutemui ...." selinap Ald ke lorong rak tameng zirah kemudian menggegas langkah masuk ke pintu ruang penempaan.
"Siapa kau? Ruangan ini terlarang untuk dimasuki orang yang tidak berkepentingan!" hardik seseorang begitu melihat sosok bertudung muncul dari balik pintu.
"Lama tidak jumpa paman Faverge," salam Ard menurunkan tudung kepalanya.
"Demi palu Vulkan, kaukah itu Re?!"
Setelah berbasa-basi, Ald langsung mengutarakan maksud kedatangan yaitu perbaikan dan pembuatan perlengkapan sihir miliknya.
"Durabilitas Shlagring-mu sudah menurun banyak, dan belati ini ...."
"Ah, belati itu milik salah satu penjahat yang saya kalahkan dan sepertinya belati berpotensi atau ditempa sebagai senjata sihir-"
"Kau bilang belati ini punya potensi jadi belati sihir?"
"Ya, saya pernah menyematkan sihir angin kedalamnya dan belati itu tak retak ataupun patah."
"Belati ini salah satu senjata yang ditempa oleh mendiang anak muridku ...."
"Jadi ini salah satu senjata yang hilang ketika kebakaran gudang waktu itu?"
Faverge mengangguk tanpa suara sambil terus mengamati tiap lekuk belati itu begitu seksama.
"Lalu apa yang kau inginkan untuk belati ini?"
"Awalnya saya hendak meminta tempa ulang belati itu. Akan tetapi, setelah mendengar kisah anda lebih baik urung sajalah ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest
FantasyPada upacara Cominofage di desa Aldeia, Re Zawari yang dikenal sebagai bocah lindur membangkitkan elemen angin dan pada saat yang bersamaan sepucuk surat datang ke kediaman keluarganya dalam wujud burung kertas yang berisi undangan dari sebuah akade...