:: Bab 1 ::

11.1K 1K 79
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Akhir Mei 2020...

"Emang kamu nunggu apa lagi sih, Van?" tanya Bude Dwi penasaran.

Wanita itu duduk di kursi goyang yang biasa diduduki almarhum Eyang Akung dulu. Entah kenapa, sekilas Bude Dwi malah kelihatan lebih tua daripada Pakde Eka yang lagi main sama cucunya di pekarangan belakang rumah. "Toh, kamu udah cukup umur buat menikah gini. Mosok belum ada tanda-tanda mau nyebar undangan nikah? Tuh, adik-adikmu ikut pending kalau kamu nggak nikah-nikah lho, Van," lanjutnya.

Vani pura-pura menyesap Teh Kotak yang dipeganginya dari tadi. Minuman itu sebenarnya sudah habis. Tapi Vani merasa butuh semacam kekuatan tambahan untuk menanggapi ucapan Bude Dwi barusan.

"Sebenarnya, nggak masalah juga kan, kalau adik-adik Vani duluan?" jawab Vani sekenanya.

"Hush, nggak boleh gitu!" sahut Yayuk, Mama Vani, serta-merta. "Kamu itu anak pertama, mestinya nikah duluan. Adik laki-laki itu nggak boleh melangkahi kakak perempuan!"

"Yu, Vani udah ada pacar belum?" timpal Bude Anggi, istri Pakde Eko.

"Mbuh aku, Mbak! Wong, aku yang mamanya aja nggak pernah dikasih tahu. Tiap kali ditanya, alasannya syutiiiiiiing melulu!" gerutu Yayuk seraya melirik Vani yang duduk di sofa panjang.

"Kerjaan Vani kan emang syuting, Ma." Vani membela diri.

"Ya, mosok sampai nggak sempat kenalin pacar, Van?" Yayuk memandang heran Vani yang gelisah. "Tetangga-tetangga pada ngomongin kamu, lho! Pulang subuh-subuh. Tapi nggak pernah kenalin pacar-"

"Kalau kerjaan Vani emang sampai larut gimana, Mama?" balas Vani. Matanya menatap mamanya dengan tatapan kesal. Asli, dia tidak nyaman didesak-desak seperti ini. Kemudian, "Kalau Vani emang nggak punya pacar, Mama sama Papa mau kenalan sama siapa coba?"

Lantas Bude Dwi mendesis. Tangan gempalnya mengibas-ngibas untuk menghentikan perdebatan ibu dan anak itu. Lalu dia kembali menatap Vani lekat-lekat. "Yowis, yowis. Vani, mau Bude kenalin sama anak temen Bude aja?"

"Hah?"

"Langsung diatur aja, Mbak. Vani banyak alasan kalau nggak digituin," sahut Yayuk ambil suara. "Makin lama kan makin susah jodohnya!"

"Tunggu dulu, Ma! Vani kan juga punya hak suara!" protes Vani tak terima. "Vani belum bilang apa-apa!"

"Jangan nunggu kelamaan lho, Van. Umur kamu udah 25," Bude Anggi mengingatkan dengan nada lembut. Wanita berambut pendek itu tersenyum.

"Amit-amit nanti malah jadi susah jodoh, Nduk, kalau ditunda-tunda melulu." Yayuk menambahkan lagi. Kemudian wanita itu kembali memandang Bude Dwi. Senyuman merekah di bibir merah wanita itu. "Jadi, siapa yang mau Mbak kenalin ke Vani?"

Pasutri NewbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang