Gimana rasanya hidup sebagai pasutri baru?
Ini bukan tutorial menjadi pasangan suami-istri goals. Vanila Tedjasukmana sama sekali tak menyangka dirinya sudah berstatus sebagai istri Kafie Handhika.
Who is he? Oh, pria pemilik Kangen Kafe yang pernah...
Cerita ini punya timeline past & present gitu. Nah, aku cemas kalian bingung pas bacanya. Sejauh ini aku cuma bedain waktu present & past pake bintang-bintang. Tapi kadang bintang2nya pun aku pake juga di timeline yang sama (misal: adegan past/present tapi kayak beberapa jam kemudian. Kan aneh kalo kuselipin "a few moments later" berasa kayak film SpongeBob. 😭)
Nah, kalian ada saran buat bedain itu? Biar gak keder juga sih kalian pas bacanya. 🤣 Kalo ada saran, boleh ya sarannya. Wkwkwkwk..
eniwei, itu aja dulu. Enjoy your reading!
~oOo~
“Apa? Coba ngomong pelan-pelan, Van. Tarik napas dulu,” saran Oche sambil menegakkan punggung. Sepasang alis perempuan itu menyatu. Rasa ngidam makan Sour Sally mendadak lenyap begitu menerima cerocosan Vani di telepon.
Saat ekor matanya mendapati Krisan yang baru mau menikmati yogurt, dengan segera dia merebut cup yogurt dari tangan pria itu. Matanya melotot penuh peringatan ke arah Krisan yang hendak memprotes aksinya barusan. Sementara itu, telinganya mendengar setiap kata yang diucapkan Vani di telepon.
“Tunggu, tunggu! Kenapa Kafie bisa ngangkat telepon elo?” cegah Oche tak paham. Keningnya mengernyit dalam. “Oke, oke. Gue nggak bakal nanyain itu… sori. Ekhem, terus sekarang lo sama Kafie di mana?... oh, oke. Van, coba tenangin diri dulu. Jangan suuzan dulu, oke?... coba damai dulu sama suami lo, deh. Satu-satunya orang yang paling deket lo sekarang cuma dia. Oke, telepon gue kalau butuh apa-apa. Oke? Bye.”
Setelahnya sambungan telepon diputus. Oche mengembuskan napas dan bersandar di sandaran sofa. Matanya memandang nanar ke ponsel di atas meja.
Tanpa protes, Oche mengulurkan kembali cup yogurt Krisan yang dipegangnya dari tadi. “Gila, gue mau gila rasanya…”
“Bukannya udah?”
“Kris!”
“Ya kenapa, sih? Ngomong kali, lo kira gue bisa baca pikiran?” respons Krisan sambil memakan yogurt. Kemudian menunjuk ponsel Oche dengan dagunya. “Tumben Vani telepon hari Minggu gini.”
Oche mendecak. “Milo telepon dia. Terus, teleponnya diangkat sama Kafie.”
“Serius?” Mata Krisan sampai tak berkedip.
“Ish, emang lo nggak denger omongan gue tadi?”
“Ngapain juga gue nguping omongan lo berdua?” dengus Krisan tersinggung. “Gue kira lo berdua cuma ngegosip Minggu siang. Ternyata ada masalah yang lebih serius.”