:: Bab 10 ::

4.5K 550 80
                                    

Huruf italic untuk flashback/adegan masa lalu, ya. 😊

Perhatikan juga keterangan lain yang udah kutulis biar gak keder. 🤣

Partnya agak lumayan panjang.

Hope you'll like it! Jangan lupa pencet bintangnya! 💚

~oOo~

Terminal tiga Bandara Soekarno Hatta.

Getaway-nya berakhir. Saatnya kembali ke realita. Kepala Vani menggeleng tak habis pikir.

Rencana getaway untuk mengenal Milo, malah berakhir mengenal Kafie. Vani justru lebih banyak menghabiskan waktu bareng pria itu alih-alih orang yang dijodohkan dengannya. Dia tidak bisa membayangkan gimana reaksi mamanya kalau tahu tenang itu. Wanita itu pasti mengomel lagi padanya.

Ngomong-ngomong soal mengomel, Kafie juga agak aktif mengomel dua hari terakhir di telepon. Vani melihatnya beberapa kali menerima telepon, tapi selalu berakhir ngomel-ngomel. Saking seringnya ngomel-ngomel, Vani sampai kebayang mamanya sendiri.

"... bentar lagi pulang, Eyang. Bisa nggak, nanyanya pas Kafie udah sampai rumah aja?"

Vani menoleh dan mendapati Kafie yang berderap di belakangnya.

Kening perempuan itu otomatis mengernyit samar. Touchdown Jakarta sudah daritadi. Milo sudah pamitan duluan, pria itu buru-buru karena masih mau ke kantornya. Sedangkan Oche juga berpamitan karena ada janji sama Krisan.

Dikiranya, Kafie sudah pulang juga.

Lantas, Vani menghentikan langkah. Disaat yang sama Kafie juga berhenti. Pria itu meliriknya sekilas, lalu memandang ke tempat lain. "Iya, Kafie masih bareng temen. Nanti Kafie kontek lagi, ya? Oke, dah!"

"Lo ngikutin gue dari tadi?" tuduh Vani serta-merta.

"Lo kapan mau pulang, sih?" balas Kafie setelah menyimpan ponsel ke dalam kantong celana panjangnya. "Gue kirain lo lama-lama di bandara karena laper, taunya lo cuma duduk di kursi tunggu, liatin orang-orang di sana, mampir ke toko suvenir atau Periplus."

Rahang Vani terjatuh. "Lo seriusan udah ngikutin gue dari awal banget? Ngapain?"

"Nikah sama gue ya, Van?"

"Hah?!" Mata Vani makin terbelalak saat melihat Kafie yang tiba-tiba berlutut di depannya. Tangan pria itu mengeluarkan sebuah kotak bertulisan Pandora dari kantong celana, lalu membuka kotak tersebut.

Napas Vani seketika tertahan begitu melihat cincin berlian warna pink di dalam kotak itu. Di saat yang sama, beberapa perhatian orang-orang di bandara tertuju kepadanya dan Kafie. Ponsel mereka teracung untuk mengabadikan momen tak biasa di bandara.

"Ka..." Suara Vani mendadak tercekat. Matanya masih belum mempercayai ada seorang pria berlutut di depannya, mengajaknya menikah.

Well, Vani cukup sering membayangkan adegan-adegan proposal semacam ini. Tapi dia tidak pernah bayangin bakal di-propose seseorang di terminal bandara seperti ini! They're quite making a scene. Dan Vani masih geragapan memandangi cincin di kotak yang dipegang Kafie.

Damn, that's a really nice ring.

Kemudian Kafie tertawa lirih. "Wanna hear a funny story?"

"What?" Vani menatap bingung ke arah Kafie. Pria ini lagi ngelawak, ya?

"Gue merasa lo adalah orang yang tepat buat gue sejak terbang ke Bali..."

Pasutri NewbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang