:: Bab 12 ::

4.1K 555 25
                                    

"And... cut!" Krisan mengacungkan jempol dan mengangguk sopan kepada pemilik usaha roti bakar yang didatangi Vani beserta timnya malam itu.

Lantas Vani melempar senyum kepada Mas Jono, pemilik dari Roti Bakar Jono. Sudah dari lama Vani memang menargetkan usaha Mas Jono. Pemuda itu terpaksa berhenti kuliah demi melanjutkan usaha roti bakar milik ayahnya yang nyaris di ambang kebangkrutan. Singkat cerita, Vani terkesan dengan kegigihan Mas Jono.

"Mas Jon, makasih banget ya untuk kesempatan dan mau direpotin sama tim-tim aku!" ucap Vani kepada Mas Jono langsung. "Roti bakarnya enak banget, sih. Nggak ada lawannya. Markotop, deh!"

Mas Jono mengangguk-ngangguk kikuk. "Saya yang makasih sama Mbak Vani dan temen-temen dari cenel yutup Laper Baper yang rekomendasiin Roti Bakar Jono."

"Katanya ini emang sengaja dikasih nama Jono ya, Mas?"

"Iya, Ayah saya yang bilang nama saya itu punya kekuatan penglaris. Saya aminkan aja," kekeh Mas Jono malu-malu. "Silakan, nikmatin aja roti bakarnya, Mas, Mbak. Nanti kalau mau nambah, saya bikin lagi."

Vani langsung mengacungkan jempol. "Sip! Makasih, Mas. Saya sama tim nongkrong-nongkrong dulu ya, di sini! Kapan lagi jadi anak Kebayoran? Hahahaha."

Sementara Mas Jono melayani tamu-tamu yang berdatangan, Vani membantu Krisan beres-beres peralatan. Ketika Vani mematikan ring light, tiba-tiba Krisan menghampirinya. "Clear ya, Kris?"

Krisan mengangguk. "Pencahayaannya oke. Nggak terlalu silau. Lo ngomong juga nggak belepetan."

Otomatis bibir Vani mencebik.

Meski lumayan lama berkecimpung di dunia YouTuber kadang ada momen-momen ketika syutingnya mesti take berkali-kali. Komponen-komponen yang dilihat mesti banyak. Mulai dari angle, tingkat pencahayaan, kualitas resolusi video, dan yang tidak kalah penting juga dari pembawa acaranya.

Vani tadinya pun tidak menganggap penting penampilan. Namun, sejak jadi YouTuber, dia akui penampilan seorang YouTuber dalam videonya juga bisa dinilai. Penampilan YouTuber yang dalam artian lebih proper akan jauh lebih nyaman dilihat daripada mereka yang cenderung biasa-biasa saja.

Proper dalam artian yang tidak mesti mahal, sih. Tidak perlu juga memakai yang serba branded. Selama enak dilihat mata dan tidak memancing kontroversi, rasanya itu sudah cukup. Karena dasarnya video memang bisa dinikmati mata orang lain. Jadi, Vani pun mulai lebih memperhatikan penampilannya.

Tidak cukup sampai situ, Vani juga belajar teknik komunikasi agar bisa semua info-infonya bisa tersampaikan kepada para penontonnya. Untuk orang yang kadang ngomong suka belepetan, agak butuh usaha juga agar artikulasinya bisa terdengar jelas. Perempuan itu juga mesti bermain-main dengan intonasi suara agar terdengar lebih memikat dan menarik pendengarnya, hingga tak terkesan monoton apalagi sampai membosankan.

"Ngomong-ngomong, Oche belom dateng?" tanya Vani begitu selesai beres-beres. Dia dan Krisan duduk di sebuah meja untuk empat orang. Masih ada beberapa roti bakar dengan macam-macam rasa di atas meja itu.

"Tadi dia bilang mau nyari ATM dulu, sih. Kayaknya server m-banking lagi masalah, jadi nggak bisa bayar belanjaan online-nya," jawab Krisan seraya mencomot sepotong roti bakar.

"Enak kan?"

Krisan mengangguk-ngangguk. "Review lo jujur, ya."

"Eih, di mana-mana kejujuran itu emang lebih baik. Walau emang kadang penyampaiannya nggak selalu menyenangkan, sih. Tapi review jujur itu lebih... " Ucapan Vani terpotong ketika melihat deretan notifikasi di ponselnya. Ternyata ada beberapa chat dari Kafie.

Pasutri NewbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang